Daftar Bursa Kripto yang Tutup Dalam Sejarah <i>Cryptocurrency</i>, Ada yang Bawa Kabur dana Investor!
Daftar exchanger kripto yang bangkrut. (Foto; Dok. Crypto Robin)

Bagikan:

JAKARTA – Di sepanjang perkembangan mata uang kripto, telah terjadi penutupan berbagai bursa kripto atau exchanger, baik itu karena bangkrut atau terkena hack hingga akhirnya ditutup. Yang terbaru adalah FTX yang mengalami krisis likuiditas hingga memaksanya untuk mengajukan kebangkrutan pada November 2022. Selain itu, sudah ada perusahaan kripto lain yang bernasib sama.

Dalam sejarah kripto, ternyata ada belasan perusahaan pertukaran kripto terkemuka yang harus gulung tikar. Kebangkrutan atau penutupan bursa kripto telah membuat pasar kripto terpukul sehingga menyebabkan penurunan signifikan. Sejumlah faktor seperti peretasan dan dana investor yang dibawa kabur, ada pula yang harus berhenti beroperasi karena kebijakan pemerintah.

Di sisi lain, pemerintah di sejumlah negara juga tidak memberikan dukungannya untuk kemajuan aset digital. Bahkan, hingga saat ini belum ada kejelasan regulasi terkait mata uang kripto di AS. Pasalnya, cryptocurrency dianggap sebagai ancaman keuangan oleh bank sentral. Kemudian, tindakan keras pemerintah juga mempengaruhi pertukaran kripto sehingga perusahaan terpaksa menutup operasinya. Lalu apa saja bursa kripto yang tutup sebelum FTX?

Daftar Bursa Kripto yang Tutup Sepanjang Sejarah Kripto

Berikut ini akan dipaparkan sejumlah perusahaan pertukaran kripto terkemuka yang sudah tidak beroperasi lagi karena berbagai faktor!

  1. Mt Gox

Didirikan pada tahun 2010, Mt. Gox adalah pertukaran bitcoin yang berbasis di Tokyo yang berjalan dengan baik di bidang pertukaran kripto. Pada tahun 2013-2014, Mt Gox menangani 70 persen perdagangan kripto yang terjadi di dunia.

Pada tahun 2014, Mt Gox tidak beroperasi sebagaimana biasanya. Perusahaan terpaksa mengajukan perlindungan kebangkrutan karena mereka memiliki kewajiban untuk membayar kreditur hampir 65 juta dolar AS. Kemudian, keadaan jadi lebih parah ketika Mt Gox harus kehilangan 750.000 Bitcoin senilai 473 juta dolar AS akibat peretasan.

Mt. Gox terpukul akibat aksi ilegal tersebut. Kondisi ini memaksa perusahaan untuk menutup operasi platform perdagangan kripto. Namun, perusahaan tetap menyelidiki peretasan tersebut. Pada 2015, pihak Mt. Gox berhasil mendapatkan kembali sekitar 200.000 BTC. Namun, itu tidak dapat memulihkan perusahaan. Mereka juga tidak mampu membayar kewajiban kepada para kreditur yang kehilangan sekitar 2,4 triliun dolar AS.

  1. Koinex

Bursa kripto Koinex yang didirikan pada tahun 2017 memiliki lebih daru satu juta pengguna dengan volume perdagangan 3 miliar dolar. Koinex adalah salah satu perusahaan kripto terkemuka asal India yang didirikan oleh Rakesh Yadav, Rahul Raj, dan Aditya Malik.

Namun, opersai perdagangan kripto mereka tidak dapat bertahan lama karena pemerintah India melarang penggunaan dan perdagangan mata uang kripto di dalam negeri. Keputusan tersebut memaksa Koinex gulung tikar dan harus mengembalikan dana pengguna.

  1.  Zebpay

Selain Koinex, salah satu bursa kripto asal India yang terdampak aturan pemerintah adalah Zebpay. Meski beroperasi dan didirikan oleh warga India, perusahaan pertukaran kripto ini berkantor pusat di Singapura. Para pendirinya adalah Sandeep Goenka, Saurabh Agrawal, dan Mahin Gupta.

Zebpay adalah platform perdagangan berbasis aplikasi yang membantu penggunanya untuk mempertahankan portofolio mereka dan berinvestasi dalam berbagai cryptocurrency hanya dengan menggunakan satu aplikasi tunggal.

Pada tanggal 28 September 2018, Zebpay menginformasikan kepada penggunanya bahwa semua transaksi crypto-to-crypto akan dibatalkan dan tidak ada pesanan baru yang akan diambil karena mereka menutup prosedur. Lebih lanjut, mereka menambahkan bahwa token dan koin akan diganti di dompet Zebpay pengguna.

Ketika sudah aktif dan berjalan, Zebpay memiliki basis pengguna sekitar 50.000-60.000 pengguna, dan setiap bulan 5.000 pengguna biasa bergabung dengan jaringan untuk memanfaatkan layanan mereka. Zebpay terpaksa harus menghentikan operasinya setelah pemerintah India melarang perdagangan kripto.

  1. Quadrigacx

Beralih ke Kanada, platform perdagangan kripto terkemuka Quadriga yang didirikan pada 2013 oleh Gerald Cotten dan Michael Patryn. Perdagangan kripto tersebut mendadak berhenti beroperasi ketika pendirinya, Gerald Cotten dilaporkan meninggal dunia.

Para kreditur tidak dapat mengakses kepemilikan Bitcoin mereka di platform. Lebih lanjut, Quadriga mengajukan perlindungan kreditur karena tidak dapat melacak informasi dan mendapatkan kembali aset kripto mereka. Masalah ini terjadi karena semua data disimpan dalam dompet dingin atau cold wallet yang hanya Gerald seorang yang mengetahui kata sandinya.

Perusahaan ini berhutang sekitar 163 juta dolar AS kepada para pengguna dan investornya, tetapi para penyelidik hanya mampu mengembalikan sekitar 33 juta dolar AS. Mereka masih berusaha mencari cara untuk mendapatkan cold wallet tersebut. Karena semua masalah ini, mereka harus menutup pekerjaan mereka.

Di sisi lain, perusahaan studio film Netflix merilis film dokumenter terkait Quadriga  pada Maret 2022 yang berjudul Trust No One: The Hunt of The Crypto King. Film tersebut menceritakan kondisi para investor yang kehilangan dana, dan sekelumit kisah pendiri Quadriga Garry Cotten yang diduga memalsukan kematian untuk membawa kabur dana pengguna.

  1. Bitmarket

Beralih ke Polandia, salah satu pertukaran kripto terbesar di negara tersebut, BitMarket, telah menutup operasinya setelah menghadapi krisis likuiditas. Pada tanggal 8 Juli mereka memutuskan untuk menutup platform, tetapi pengguna masih dapat berdagang karena mereka telah meminta mereka untuk mengubah kata sandi serta kunci API mereka.

Dengan volume perdagangan sekitar 850.000 dolar AS setiap hari, Bitmarket adalah platform pertukaran cryptocurrency terbesar kedua di Polandia. Bitmarket menonaktifkan beberapa penarikan besar untuk menghindari penipuan dan meminta pengguna untuk mematuhi langkah-langkah KYC.

  1. Cryptokart

Platform pertukaran crypto India lainnya menghadapi masa sulit karena peraturan pemerintah. Didirikan pada tahun 2017, Cryptokart baru-baru ini memutuskan untuk menutup operasi mereka karena masalah yang mereka hadapi selama perdagangan.

Pendirinya, Gaurang Poddar, adalah lulusan dari Carnegie Mellon University, dan dia bekerja sebagai manajer umum di NODD App sebelum memulai perusahaannya sendiri, tetapi sayangnya, ini tidak berlangsung lama. Penutupan ini menunjukkan kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan rintisan di India.

  1. Coinome

Coinome adalah usaha oleh Billdesk gateway pembayaran yang berbasis di Mumbai yang diluncurkan pada tahun 2017. Coinome menjadi platform pertukaran kripto pertama dari India dengan memperdagangkan aset kripto sebanyak 20 cryptocurrency.

Namun baru-baru ini pada bulan Mei, mereka telah mengumumkan penutupan layanan mereka karena kesulitan regulasi yang dihadapi startup pertukaran crypto tersebut. Mereka memberi tahu pelanggan mereka dengan tweet dan menyarankan mereka untuk menarik semua investasi mereka.

Semua pasar crypto di Coinome akan ditangguhkan, efektif jam 2 siang pada 15 Mei 2019. Pelanggan diminta untuk menarik semua aset kripto mereka dari Coinome paling awal.

  1. Coindelta

Platform pertukaran kripto menghadapi masalah, dan Coindelta adalah salah satunya. Setelah 18 bulan tersedia untuk digunakan, Coindelta telah meminta pengguna untuk menarik aset kripto mereka karena mereka harus menutup layanan mereka akibat peraturan pemerintah yang ketat dan tidak ada dukungan dari institusi.

Meskipun layanan perdagangan dihentikan, mereka menyediakan layanan dukungan selama satu bulan lagi sehingga pengguna dapat menarik investasi mereka. Semua penawaran yang beredar dibatalkan, dan dana ditambahkan kembali ke dompet pengguna.

  1. Coinnest

Berada dalam daftar 10 bursa teratas di Korea Selatan, Coinnest berjalan dengan baik dibandingkan dengan para pesaingnya. Didirikan pada tahun 2017 dan dimiliki oleh Incublock Co. Ltd, Coinnest adalah platform perdagangan untuk pasar domestik China dan Korea Selatan serta pedagang internasional.

Menghadapi serangkaian penipuan dan peristiwa yang meresahkan, Coinnest ditutup. Salah satu pendirinya, Kim II-hwan, ditangkap pada tahun 2018 atas tuduhan penggelapan. Kemudian pada tahun itu, para pejabat dituduh menerima suap untuk pencatatan token digital S Coin yang tidak adil. Pada bulan April 2019, Coinnest menjadi offline, dan semua layanan perdagangan berakhir.

  1. Vebitcoin

Beralih ke Turki, perusahaan perdagangan kripto terkemuka Vebitcoin harus gulung tikar setelah pendiri platformnya melarikan diri dengan membawa dana konsumen.

Didirikan pada bulan Agustus 2017, Vebitcoin adalah platform perdagangan aset digital yang berbasis di Turki. Ini memiliki berbagai cryptocurrency dan bertujuan untuk memberi pengguna kesempatan untuk memetakan jalur keuangan mereka melalui kripto di Turki dan di seluruh dunia.

Vebitcoin memiliki tiga pilihan bahasa; Rusia, Turki dan Inggris. Semua informasi di pasar dapat diakses tanpa registrasi. Ini adalah platform yang berorientasi pada pelanggan. Anda dapat menghubungi tim dukungan 24/7. Ini mendukung paritas perdagangan dengan Lira Turki.

Perusahaan perdagangan kripto ini harus kolaps pada tahun 2021 karena pendirinya membawa dana pengguna yang bernilai puluhan triliun. Vebitcoin menghentikan perdagangan dengan alasan masalah keuangan perusahaan. Akibatnya, pihak berwajib Turki langsung turun tangan dan memblokir rekening Vebitcoin. Mereka juga berhasil meringkus empat orang yang diduga membawa kabur dana investor.

  1. Thodex

Tahun 2021 adalah tahun paling gelap bagi pertukaran kripto di Turki, karena selain Vebitcoin, bursa kripto lain yaitu Thodex harus menutup operasinya. Penyebabnya tidak jauh beda dengan yang menimpa Vebitcoin. Pendiri Thodex, Faruk Fetih Ozer membawa kabur dana investor yang bernilai triliunan rupiah.

Akibatnya dana para investor yang dibawa kabur oleh pimpinan Thodex itu terancam tidak bisa dikembalikan. Bursa kripto raksasa Thodex dikabarkan menutup platform jual beli uang kripto itu selama 4 hingga 5 hari. Pihak Thodex beralasan bahwa perusahaan sedang dalam proses penjualan.

Setelah itu, bos Thodex, Faruk Fatih Ozer menonaktifkan seluruh akun media sosialnya dan membawa kabur uang para investor kripto. Pemerintah Turki bertindak dan memburu Ozer yang berhasil kabur ke Tirana, Albania. Pihak berwajib berhasil menangkap pria berusia 28 tahun itu dan membawanya ke Turki untuk dihukum penjara hingga 40.564 tahun.

Setelah Thodex ambruk dan Ozer tertangkap, pihak berwajib Turki juga menahan lebih dari 60 orang untuk menginvestigasi penipuan di platform perdagangan kripto lain, Vebitcoin yang tiba-tiba menghentikan operasinya.

Demikian daftar perusahaan kripto yang tutup dalam sejarah kripto!