Pendiri FTX Sam Bankman-Fried Cuma Pion untuk Hancurkan Industri Kripto
Pendiri dan mantan CEO FTX, Sam Bankman-Fried. (Foto; Dok. CoinTV)

Bagikan:

JAKARTA – Bangkrutnya FTX telah menjadi topik pemberitaan dalam beberapa pekan terakhir, terutama sejak pengajuan perlindungan kebangkrutannya pada 11 November lalu. Sekitar 10 miliar dolar AS (setara Rp156 triliun) dana kostumer FTX digunakan untuk mendanai perusahaan rekanannya, Alameda Research. Kondisi tersebut memicu terjadinya krisis likuiditas di bursa kripto FTX.

Kondisi ini memberikan dampak negatif terhadap pasar kripto secara keseluruhan di mana harga BTC turut mengalami penurunan sejak keruntuhan Terra LUNA pada Mei 2022 lalu. Kebangkrutan FTX memperpanjang fase market bearish dalam beberapa bulan belakangan.

Kendati begitu, kehancuran bursa kripto FTX mendapat komentar pedas dari pelaku industri kripto termasuk pendiri Coinbase Brian Armstrong dan lainnya, beberapa waktu lalu. Kini eksekutif Morgan Creek Capital Management, CEO Mark Yusko melontarkan pernyataan serupa.

Menurut Yusko, pendiri dan mantan CEO FTX Sam Bankman-Fried hanya memiliki peran sebagai pion catur dalam rancangan pemain besar. Pernyataan tersebut disampaikan Yusko dalam sebuah pembawa berita utama Kitco dan pemred Michelle Makori, pada Jumat 2 Desember 2022.

"Mereka hanyalah pion dalam sistem yang sangat besar dan sangat rumit yang dirancang untuk melakukan pencucian uang," kata Yusko kepada Makori.

"Tentu saja ada kemungkinan bahwa ada niat dari seseorang untuk menjadikan ini sebagai contoh sehingga regulator dapat masuk dan menghukum industri," tambahnya.

Lebih lanjut, eksekutif Morgan Creek Capital Management itu mencatat bahwa keuangan terdesentralisasi, biasa dikenal sebagai DeFi, telah memberikan ancaman terhadap keuangan tradisional. Dalam konteks Yusko adalah sistem keuangan terpusat, yaitu perbankan.

Berlawanan dengan keuangan tradisional yang diatur oleh pihak perbankan dan lembaga keuangan, DeFi tidak terpusat (terdesentralisasi) yang berarti tidak ada entitas tunggal yang mengendalikannya.

Bitcoin (BTC) dan cryptocurrency lain menentang konsep keuangan terpusat. Meski begitu, Yusko menilai bahwa kripto dan DeFi memberikan sejumlah manfaat yang lebih besar dalam hal transparansi, keamanan, kecepatan transfer, dan mudah diakses.

"[Blockchain] menggantikan kepercayaan dengan kebenaran," ujar Yusko.

Selanjutnya, dia memaparkan bahwa institusi keuangan tradisional tidak ingin mendapat gangguna dari aset digital dan DeFi. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bagi pihak terkait untuk mengaburkan dan menunda regulasi kripto.

“Mereka tidak ingin diganggu oleh DeFi dan aset digital. Ada kemungkinan bahwa beberapa kelompok petahana mungkin telah mencoba melobi regulasi untuk menunda, mengaburkan, atau mengubah arah gangguan ini," tambahnya.

Selanjutnya, pejabat perusahaan layanan investasi tersebut mencatat bahwa pendiri FTX Sam Bankman-Fried atau SBF dan CEO Alameda Research Caroline Ellison bekerja sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki “seseorang di atas” dengan mengorbankan industri kripto.

"Bencana ini adalah penipuan yang dilakukan oleh, saya yakin, seseorang di atas para idiot yang berguna. Mereka berdua tidak bermain catur 10D," pungkas CEO Morgan Creek, dikutip dari Bitcoin.com News.

"Uang dalam jumlah yang sangat besar masuk ke kandidat politik. Ada bukti [Sam Bankman-Fried] yang mengatakan bahwa dia akan memberikan 1 miliar dolar dalam pemilihan berikutnya," tandas Yusko.

Tidak berhenti sampai di situ, Yusko juga membagikan pandangannya terkait regulasi kripto. Menurutnya, negara seperti Amerika Serikat berpotensi menjadi stagnan apabila terlalu memberatkan aturan bagi industri kripto.

"Jika kita menjadi regulator yang terlalu memberatkan, [kripto] hanya akan muncul di yurisdiksi lain," kata Yusko. "Jadi, pada akhirnya, [kripto] akan menang," kata Yusko.