Orang Tua Pendiri FTX Beli Kondominium di Lepas Pantai Kepulauan Bahama
Pendiri FTX Sam Bankman-Fried yang mengundurkan diri dari jabatan CEO setelah FTX bangkrut. (Foto; Dok. Coinscreed)

Bagikan:

JAKARTA – Bursa kripto yang bangkrut, FTX, dilaporkan memiliki sejumlah properti bernilai tinggi di Bahama. Tidak hanya perusahaan, Sam Bankman-Fried selaku pendiri, dan orang tuanya, serta pejabat perusahaan telah membeli 19 properti bernilai hampir 121 juta dolar AS (setara Rp1,9 triliun) dalam 2 tahun belakangan, menurut laporan Reuters.

Properti yang mereka beli terdiri dari berbagai rumah mewah di lepas pantai, termasuk tujuh kondominium di resor mahal Albany, seharga hampir 72 juta dolar AS. Menurut keterangan laporan tersebut, properti mewah itu rencananya digunakan sebagai “tempat tinggal untuk personil kunci” FTX.

Selain di Albany, mereka juga tercatat memiliki properti di lingkungan dengan keamanan tinggi yang berlokasi di Old Fort Bay. Di tempat ini, penanda tangan dalam transaksi pembelian properti tersebut adalah orang tua Sam Bankman, yaitu Joseph Bankman (profesor hukum dari Universitas Stanford) dan Barbara Fried.

Berdasarkan keterangan dalam salah satu dokumen tertanggal 15 Juni, properti di Old Fort Bay dimaksudkan untuk digunakan sebagai “rumah liburan.” Juru bicara orangtua Sam Bankman-Fried menanggapi pertanyaan Reuters dengan menyatakan bahwa mereka berencana mengembalikan properti ke FTX sebelum bursa kripto itu mengajukan perlindungan kebangkrutan.

Penyelidikan yang dilakukan Reuters berhasil menemukan akta untuk tiga kondominium di kediaman tepi pantai di New Providence yang disebut One Cable Beach, yang harganya antara 950.000 dolar AS dan 2 juta dolar AS. Properti mewah itu dibeli oleh Bankman-Fried, Nishad Singh, mantan kepala teknik di FTX, dan salah satu pendiri FTX, Gary Wang.

Melansir Bitcoin.com News, Singh dan Wang, yang bersama dengan individu-individu lain yang terlibat tidak berkomentar, termasuk di antara eksekutif tingkat tinggi FTX yang baru-baru ini dipecat oleh manajemen perusahaan saat ini. Catatan properti untuk pembelian real estat paling mahal, penthouse senilai 30 juta dolar AS di resor Albany, ditandatangani oleh Presiden FTX Property, Ryan Salame.

Dalam pengajuan pengadilan AS ke pengadilan kebangkrutan Distrik Delaware, CEO baru FTX, John Ray, mengatakan dia mengerti bahwa dana perusahaan dari FTX Group digunakan untuk "membeli rumah dan barang-barang pribadi lainnya untuk karyawan dan penasihat." Kantor pusat FTX di Bahama sekarang tidak dihuni, tambah laporan itu.

Sebagaimana diketahui, pada 11 November lalu, bursa kripto FTX mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di AS. CEO Sam Bankman selaku pemimpin perusahaan perdagangan kripto berbasis di Bahama itu tidak lama kemudian mengajukan pengunduran diri.

Menariknya, pihak berwenang dari Turki dan Jepang memulai investigasi terkait kebangkrutan FTX. Perusahaan dilaporkan telah meninggalkan satu juta kreditor dengan kerugian bernilai miliaran dolar AS.

Sementara itu regulator Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) tidak bergerak cepat menangani permasalahan tersebut. Pentingnya regulator dalam melindungi konsumen tampaknya belum berjalan secara optimal. Berkaca pada sejumlah keruntuhan dalam industri kripto yang terjadi sebelum FTX, seperti kasus Terra LUNA, Celsius, dan Three Arrows Capital, nasib konsumen yang terdampak masih dalam tanda tanya. Begitu pula dengan kasus yang terjadi dengan Mt Gox dan Quadriga yang terjadi beberapa tahun lalu.