JAKARTA – Kebangkrutan FTX telah menyebabkan efek domino dalam industri kripto. Kolapsnya bursa kripto yang didirikan oleh Sam Bankman-Fried itu memberikan sentimen negatif kepada industri kripto pada umumnya. Terlepas dari semua itu, topik serupa di media sosial Twitter mulai memanas hingga menimbulkan kekhawatiran akan jatuhnya bursa kripto terbesar di dunia Binance, dan penerbit stablecoin terkemuka, Tether.
Menurut laporan CryptoPotato, pendiri Dogecoin, Billy Markus atau Shibetoshi Nakamoto, turut mengomentari topik tersebut dengan menyatakan bahwa jatuhnya Binance atau Tether dapat menyebebkan "kehancuran pasar mega mondo yang besar," Shibetoshi Nakamoto berasumsi. Lebih lanjut, Markus juga menyatakan potensi jatuhnya Binance dan Tether dapat mengguncang stabilitas industri kripto secara menyeluruh.
Dia juga menyarankan orang-orang untuk melakukan penelitian yang tepat dan memahami sektor aset digital secara spesifik sebelum memasukinya.
“Bagi siapa pun yang mengkhawatirkan binance dan / atau tether runtuh, jika salah satu dari mereka melakukannya, permainan akan berakhir,” ujar Markus dalam postingan Twitter, 16 November 2022.
BACA JUGA:
“Ada baiknya lebih banyak dari kalian yang akhirnya mencari tahu apa semua ini dan bagaimana hal-hal terpusat (sentralisasi, red) adalah kelemahan besar, tetapi juga, itu seperti ini ketika kalian juga membelinya,” tambah Shibetoshi Nakamoto (@BillyM2k) dalam postingan Twitter.
Meski begitu, postingan tersebut tampaknya sudah dihapus oleh Billy Markus. Pasalnya ketika ditelusuri unggahan itu di akun Twitter-nya, VOI.id sudah tidak menemukannya lagi.
Terlepas dari semua itu, yang dikatakan oleh Markus merupakan asumsi terkait potensi kemungkinan pemain besar dalam kripto kolaps dan dampaknya terhadap industri kripto itu sendiri.
Kejadian Buruk Bukan Berarti Kripto Mati
Selanjutnya, pencipta Dogecoin itu percaya bahwa potensi kejadian buruk tidak akan berarti "kripto mati" tetapi memicu "kehancuran pasar mega mondo yang besar."
Hampir setiap gangguan di masa lalu, termasuk kegagalan baru-baru ini dengan FTX, telah mendorong penurunan pasar yang parah dan kepanikan di antara para investor kripto. Ketidakpastian juga menyebabkan kritikus menyatakan bitcoin telah "mati".
Meskipun "sekarat" lebih dari 460 kali, cryptocurrency utama masih ada dan terus memperluas kehadirannya di seluruh dunia. Bitcoin telah menjadi alat pembayaran yang sah di negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi seperti El Salvador dan Republik Afrika Tengah, sementara banyak investor memandang aset ini sebagai lindung nilai terhadap inflasi karena pasokannya yang terbatas.