Bagikan:

JAKARTA - Pendiri bursa mata uang kripto FTX yang bangkrut, Sam Bankman-Fried (SBF), telah keluar dari keheningan untuk memberikan gambaran singkat mengenai strategi pembelaannya menjelang persidangan yang akan berlangsung pada tanggal 3 Oktober mendatang.

Pada awal pekan ini, pengusaha kripto berusia 31 tahun yang menghadapi tuduhan penipuan terkait kejatuhan FTX, membagikan esai pribadinya sepanjang 250 halaman yang berisi pembelaan diri dan refleksinya mengenai peristiwa yang memicu keruntuhan FTX. Kabarnya, sebagian dari esai itu akan diunggah di platform X namun hingga kini rencana tersebut tidak pernah dilakukan.

Menurut laporan The New York Times, esai-esai tersebut mengungkapkan kompleksitas kondisi pikiran Bankman-Fried selama delapan bulan masa penahanannya di penjara. Selain itu, dokumen-dokumen tersebut juga memberikan pandangan baru mengenai kemungkinan strategi pembelaan hukum yang akan diambil olehnya selama persidangan.

Caroline Ellison, CEO Alameda Research

Berdasarkan catatan esai tersebut, Bankman-Fried menyebut nama mantan kekasihnya yaitu Caroline Ellison yang sebelumnya menjadi CEO Alameda Research, perusahaan rekanan FTX. Ellison disebut-sebut berperan penting dalam keruntuhan bursa kripto FTX pada November tahun lalu.

Sam Bankman-Fried menilai Ellison tidak siap memegang posisinya dan gagal menerapkan strategi perdagangan yang diharapkan. Bankman-Fried meyakini strategi ini akan melindungi bisnis mereka dari gejolak pasar. Lebih lanjut, dokumen tersebut juga mencatat kekecewaan Bankman-Fried karena Ellison kerap menghindari diskusi tentang manajemen risiko, yang akhirnya menyebabkan mereka berpisah.

Meski pandangan Sam Bankman-Fried terhadap mantan kekasihnya baru terungkap, harus dicatat bahwa Ellison bersama dua penasihat utama lainnya telah mengaku bersalah atas tuduhan penipuan dan setuju untuk bersaksi melawan Bankman-Fried pada bulan Desember tahun lalu. Namun, hingga saat ini, Ellison dan penasihatnya yang terlibat dalam kasus ini belum menghadapi dakwaan apa pun.

  

Firma Hukum Sullivan & Cromwell

Dokumen-dokumen yang diungkapkan juga menggambarkan upaya yang dilakukan oleh Sam Bankman-Fried untuk membangun narasi yang menentang tuduhan dari  jaksa penuntut. SBF justru menuding firma hukum Sullivan & Cromwell, yang mengawasi kebangkrutan FTX, telah mengarang cerita bahwa dia telah menyalahgunakan dana pengguna.

FTX, yang pernah dianggap sebagai platform kripto tepercaya, mengajukan kebangkrutan pada bulan November 2022. Kejatuhan FTX menyebabkan kerugian besar bagi pengguna platform sekaligus merusak citra industri kripto secara luas.

Bankman-Fried kemudian ditangkap dan didakwa dengan tuduhan mengatur skema penipuan untuk mengalihkan dana pelanggan FTX ke perusahaan hedge fund yang ia dirikan, yaitu Alameda Research. Pengalihan dana pengguna itu ditujukan untuk sejumlah rencana, termasuk investasi modal ventura, akuisisi real estat, dan donasi politik.

Meskipun dihadapkan pada potensi hukuman penjara puluhan tahun jika terbukti bersalah, Bankman-Fried membela diri dengan menyatakan bahwa dia tidak bersalah atas tuduhan tersebut. Pendiri FTX itu memberikan jaminan sebesar $250 juta (Rp3,8 triliun) hingga akhirnya dia ditempatkan dalam tahanan rumah di kediaman orang tuanya di Palo Alto, California.

Tidak lama kemudian, jaminan dari mantan miliarder kripto ini dicabut pada bulan Agustus karena klaim gangguan saksi, yang akhirnya memaksa Bankman-Fried kembali masuk penjara. Saat ini, FTX dipimpin oleh CEO anyar John Ray III. Belum lama ini perusahaan menggugat orang tua Bankman Fried yaitu Joseph Bankman dan meminta pengadilan untuk mengembalikan dana yang diduga diambil dari bursa tersebut.