JAKARTA – Satelit NASA-ISRO Synthetic Aperture Radar (NISAR) telah melalui uji vakum termal selama 21 hari. Pengujian ini dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan bertahan dari NISAR.
Sejak 19 Oktober lalu, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bersama Badan Riset Antariksa India (ISRO) memantau pengujian NISAR di ruang vakum untuk melihat ketahanannya.
Selama berada di ruang vakum, NISAR harus bertahan pada tekanan yang sangat kecil dari tekanan normal di permukaan laut. Satelit ini ditempatkan dalam rendaman bersuhu dingin selama 80 jam dalam suhu minus 10 derajat celsius.
Selain merasakan suhu dingin, NISAR juga harus berendam di suhu panas mencapai 50 derajat celsius. NASA menjelaskan bahwa pengujian suhu panas dan dingin ini dilakukan bersamaan.
Stimulasi suhu yang berbeda dalam satu waktu ini dianggap perlu oleh para engineer dan teknisi karena pesawat ruang angkasa akan terkena sinar matahari yang panas di tengah gelap dan dinginnya orbit.
BACA JUGA:
Tak hanya itu, kinerja sistem termal satelit dan dua sistem instrumen utama dari NISAR, yaitu radar L-band dan S-band, juga diuji dengan suhu paling ekstrem. Besaran dari suhunya tidak dijelaskan, tetapi suhunya diperkirakan sesuai dengan ruang orbit yang hampa.
NISAR masih harus diuji sebelum diluncurkan. Dalam pengujian yang lain, NASA dan ISRO akan memastikan satelit ini mampu bertahan di tengah guncangan saat peluncuran serta guncangan dan getaran selama di ruang angkasa.
Satelit ini rencananya akan diluncurkan pada awal tahun 2024 untuk memindai seluruh daratan dan es di Bumi. Pemindaian akan dilakukan dua kali selama setiap 12 kali untuk memantau pergerakan seperti gempa, tanah longsor, perubahan lahan basah dan pertanian, hingga aktivitas dari gunung berapi.