Bagikan:

JAKARTA - Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Kementerian Komunikasi dan Informatika terus melakukan berbagai upaya untuk  menjaga ruang digital dari tetap aman dari berbagai hoaks yang beredar.

Dalam konferensi pers terbarunya pada Jumat, 27 Oktober, Menkominfo Budi Arie Setiadi mengungkapkan tiga langkah strategis dalam memberantas hoaks. 

Pertama, Kominfo akan lakukan peningkatan kesadaran masyarakat  tentang bahaya hoaks Pemilu dan pentingnya memverifikasi informasi dari sumber yang dapat dipercaya. 

Selain itu, Kementerian Kominfo juga akan melakukan kerja sama dengan beberapa stakeholder, termasuk aparat penegak hukum dan penyelenggara platform media sosial untuk mengidentifikasi dan menangani penyebaran konten hoaks Pemilu.

"Ketiga, Kementerian Kominfo meningkatkan upaya patroli siber dan penerimaan aduan masyarakat terkait hoaks Pemilu," jelas Budi kepada media. 

Meski demikian, Menkominfo menyadari bahwa langkah tersebut tidak akan langsung dapat menanggulangi masalah hoaks, maka dari Kominfo mengimbau masyarakat untuk lebih selektif memilih sumber berita. 

"Bandingkan berita ketika menemukan berita yang terdengar mencolok atau kontroversial," tandasnya. 

Lebih lanjut, Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika, Samuel A. Pangerapan, mengingatkan masyarakat terkait hoaks yang mulai diciptakan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI). 

"Kemarin mungkin teman-teman juga sudah melihat bahwa video Presiden tahun 2015 dilakukan editing menggunakan AI dan seolah-olah Presiden Jokowi mengucapkannya dalam bahasa Mandarin," tuturnya.

Oleh karena itu, Sammy mendorong masyarakat mencari informasi dari sumber  terpercaya khususnya dari media besar. Harapannya agar penyebaran hoaks dapat ditekan.