JAKARTA - Pada tahun 2024, Indonesia akan kembali menyaksikan pemilihan umum. Di tengah perkembangan teknologi saat ini, kekhawatiran masyarakat terkait konten palsu semakin meningkat.
Apalagi dengan kemunculan teknologi kecerdasan buatan (AI) saat ini, di mana konten palsu yang dibuat melalui teknologi deepfake, sangat mudah dibuat oleh semua orang.
Ada kekhawatiran bahwa deepfake, teknik manipulasi konten video dan suara yang mengandalkan AI, akan digunakan untuk mempengaruhi situasi dan opini publik menjelang pemilu 2024.
Bahkan, Ronald Manoach, Tenaga Ahli Divisi Pencegahan, Parmas dan Humas Bawaslu mengatakan kekhawatirannya terhadap teknologi deepfake jelang Pemilu 2024.
"Bagi Bawaslu ini ancaman yang luar biasa, karena ini bisa digunakan untuk memproduksi disinformasi bukan hanya untuk kepentingan politik, tapi untuk men-destroy lembaga otoritatif seperti Bawaslu," katanya dalam acara #YukPahamiPemilu beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, penelitian Kaspersky juga mengungkapkan bahwa terdapat permintaan yang signifikan terhadap deepfake.
Dalam beberapa kasus, terdapat kemungkinan permintaan deepfake dari individu terhadap target tertentu seperti selebriti atau tokoh politik. Harga per menit video deepfake dapat berkisar dari 300 hingga 20.000 dolar AS (Rp4,6 hingga 312 juta).
BACA JUGA:
“Ancaman digital berupa SMS, email phishing, video palsu, dan situs berbahaya harus diantisipasi pada musim pemilu di Indonesia tahun depan. Kami, di Kaspersky, bersedia memberikan keahlian kami kepada pemerintah dalam menetapkan standar dan protokol untuk memastikan pemilu yang aman bagi masyarakat Indonesia," ujar Genie Sugene Gan, Head of Government Affairs and Public Policy for Asia-Pacific, Japan, Middle East, Turkey and Africa Regions di Kaspersky.
"Penting juga bagi masyarakat di sini untuk waspada terhadap konten berbahaya yang mungkin mereka temui secara online selama periode ini,” tambahnya.