Bagikan:

JAKARTA - Perkembangan AI yang pesat mengakibatkan penggunaannya yang lebih luas oleh individu dan bisnis. Bersamaan dengan itu, AI juga membuka peluang untuk menciptakan serangan siber yang lebih canggih.

Pelaku ancaman siber dapat memanfaatkan AI untuk mengotomatiskan serangan, mempercepat rutinitas, dan menjalankan operasi yang lebih kompleks untuk mencapai tujuan mereka.

Perusahaan keamanan siber Kaspersky telah mengamati beberapa cara penjahat siber menggunakan AI. Pertama, ChatGPT kerap kali digunakan untuk menulis perangkat lunak berbahaya dan mengotomatiskan serangan terhadap banyak pengguna.

Selain itu, program AI dapat mencatat log perangkat pengguna dengan menganalisis data sensor akselerasi, yang berpotensi menangkap pesan, kata sandi, dan kode perbankan.

Lebih lanjut, Kaspersky pun mengatakan bahwa AI juga dapat digunakan untuk rekayasa sosial guna menghasilkan konten yang tampak masuk akal, termasuk teks, gambar, audio, dan video.

Pelaku ancaman siber biasanya akan menggunakan model bahasa besar seperti ChatGPT-4o untuk menghasilkan teks penipuan, seperti pesan phishing yang canggih.

Salah satunya adalah penipuan deepfake, penipuan AI yang masih banyak terjadi saat ini. Di mana penjahat siber telah menipu banyak orang dengan penipuan peniruan identitas selebriti, yang menyebabkan kerugian finansial yang signifikan.

“Deepfake juga digunakan untuk mencuri akun pengguna dan mengirim audio permintaan uang menggunakan suara pemilik akun kepada teman dan kerabat,” tutup Kaspersky salam pernyataannya dikutip Minggu, 11 Agustus.