Bisnis Antara DuckDuckGo dan Apple Pernah Gagal Gara-Gara Google
DuckDuckGo, pembicaraan bisnis mereka dengan Apple mengenai kontrak potensial gagal karena Google. (foto: twitter @DuckDuckGo )

Bagikan:

JAKARTA - CEO mesin pencari berorientasi privasi, DuckDuckGo, mengatakan bahwa pembicaraan bisnis mereka dengan Apple mengenai kontrak potensial gagal. Hal itu terjadi karena pembuat smartphone tersebut enggan mengorbankan pendapatan miliaran dolar dari Google. Demikian menurut transkrip baru dari sidang antimonopoli salah satu unit Alphabet itu.

Gabriel Weinberg, yang juga pendiri DuckDuckGo, memberikan kesaksiannya pada 21 September tentang dampak pembayaran tahunan sebesar 10 miliar dolar (Rp156,3 triliun) dari Google kepada produsen smartphone dan pihak lainnya untuk menjadikan mesin pencari mereka sebagai pilihan default di komputer atau perangkat seluler.

Transkrip yang dirahasiakan sebelumnya yang diungkapkan pada Rabu malam 4 Oktober menunjukkan bahwa DuckDuckGo telah mencapai kesepakatan dengan Apple pada tahun 2014 untuk menjadi sebagai salah satu pilihan di perangkat Apple. Tak lama setelahnya, DuckDuckGo mulai mendorong Apple untuk dijadikan pilihan default bagi pengguna yang ingin menjaga privasi, yang membatasi pengumpulan data pengguna.

Pembuat aplikasi mencari pilihan menjadi pilihan aplikasi default di wilayah masing-masing, baik itu pencarian, peta, atau yang lain, karena banyak pengguna tidak bisa atau enggan mengganti pengaturan default.

Weinberg mengatakan bahwa Apple tampak "sangat tertarik" pada tahun 2016. Bahkan eksekutif dari kedua perusahaan tersebut melakukan pertemuan pada tahun 2017 dan 2018 untuk membahas perubahan menjadikan DuckDuckGo sebagai pilihan default dalam mode privasi. DuckDuckGo sendiri memiliki sekitar 2,5% pangsa pasar pencarian, menurut kesaksiannya.

Dalam pertemuan tersebut, Weinberg mengatakan bahwa eksekutif Apple kerap membawa masalah perjanjian distribusinya dengan Google yang mungkin menghalangi perubahan tersebut. Menurut Weinberg, potensi kesepakatan itu gagal pada tahun 2019, karena Google membayar Apple dengan harga tinggi.

John Giannandrea dari Apple, yang bertanggung jawab atas strategi pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan, memberikan kesaksian secara tertutup yang juga diungkapkan pada Rabu malam. Ia pun telah memberikan kesaksian pada September bahwa Apple telah mempertimbangkan antara Bing dan Google dengan maksud memainkan kedua pihak tersebut.

Giannandrea memberikan kesaksian mengenai pertimbangan Apple untuk membeli Bing atau menggunakannya sebagai mesin pencari default alih-alih Google, sebuah ide yang ditentang karena hasil pencarian Bing yang lebih rendah mutunya.

Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengatakan bahwa Google, yang memiliki sekitar 90% pangsa pasar pencarian, membayar sekitar 10 miliar dolar per tahun kepada Apple, produsen smartphone lain, dan pihak lainnya untuk menjadi mesin pencari default. Pengaruh tersebut dalam mesin pencarian telah membuat Google menjadi pemain terbesar dalam pasar periklanan yang menguntungkan, bahkan terus meningkatkan keuntungannya.