Batasi Internet, Myanmar Klaim Facebook dan WhatsApp Bisa Memicu Kekerasan
Protes kudeta militer (DailyStar)

Bagikan:

JAKARTA - Akibat kudeta yang sedang terjadi, pemerintah militer Myanmar menginstruksikan berbagai operator seluler untuk mematikan akses Facebook sampai tanggal 7 Februari. Tidak hanya Facebook, aplikasi layanan lain meliputi Instagram, Messenger, dan WhatsApp.  

Sejumlah pengguna media sosial milik Mark Zuckerberg itu mengabarkan melalui forum Reddit bahwa mereka sudah tidak dapat mengakses Facebook lewat ponsel masing-masing pada Rabu, 3 Februari.

Facebook mengetahui tindakan pemerintah Myanmar ini sehingga perusahaan mendesak agar akses Facebook dan afiliasinya kembali dibuka. Perusahaan asal Amerika Serikat itu memberi alasan agar orang-orang bisa saling mengirimkan kabar dalam keadaan yang sedang kacau ini.

Melansir Tech Crunch, pemerintah Myanmar memblokir Facebook dan perusahaan afiliasinya dianggap turut serta membuat negara tidak stabil. Media sosial asal AS itu dituding menimbulkan aksi kekerasan. Pemerintah Myanmar juga mengatakan bawa langkah itu dilakukan demi melindungi berbaga kepentingan masyarakat dan negara.

Pemerintah Myanmar menuduh Facebook terlalu abai dalam mengantisipasi penyebaran informasi palsu sehingga menimbulkan kekerasan di negara tersebut. Sebelumnya, Facebook dituduh memicu perpecahan dan bisa menimbulkn kekerasan yang terjadi di Myanmar pada 2018 lalu.

Menurut laporan dari Access Now, pengguna Facebook di Myanmar berjumlah 22 juta orang. “Facebook menjadi alat penting bagi warga Myanmar untuk mengelola dan berbagi informasi.”

Kudeta ini merupakan imbas dari kemenangan yang didapat Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Adalah Aung San Suu Kyu yang mengepalai NLD pada pemilihan umum yang berlangsung pada November 2020.