Kerusuhan Paksa Pemerintah Iran Batasi Jaringan Internet, Instagram dan Whatsapp Juga Diblokir
Warga Iran di Inggris melakukan protes atas pemaksaan pemakaian hijab di Iran. (foto: twitter @NarimanGharib)

Bagikan:

JAKARTA – Pemerintah Iran pada Rabu 21 September membatasi akses warganya ke Meta Platforms seperti  Instagram dan WhatsApp. Keduanya adalah jaringan media sosial terakhir yang tersisa di negara itu. Pembatasan ini dilakukan di tengah protes atas kematian seorang wanita dalam tahanan polisi. Pemblokiran itu juga dilaporkan oleh warga Iran dan pengawas internet, NetBlocks.

Kematian Mahsa Amini, 22 tahun, pekan lalu, yang ditangkap oleh polisi moral di Teheran karena "pakaian yang tidak pantas", telah memicu kemarahan atas masalah-masalah termasuk kebebasan di Republik Islam dan ekonomi yang terhuyung-huyung akibat sanksi dari barat.

NetBlocks juga melaporkan "kehilangan konektivitas skala nasional" pada penyedia telepon seluler Iran dan jaringan perusahaan lain.

“Server WhatsApp telah terganggu di beberapa penyedia internet, beberapa jam setelah layanan Instagram diblokir,” kata NetBlocks yang berbasis di London, kepada Reuters.

Data kelompok itu menunjukkan gangguan hampir total terhadap layanan internet di beberapa bagian provinsi Kurdistan di Iran barat sejak Senin, 19 September sementara di ibu kota Teheran dan bagian lain negara itu juga menghadapi gangguan sejak Jumat, 16 September, ketika protes pertama kali pecah.

Dua warga di Teheran dan Iran selatan mengatakan mereka hanya bisa mengirim teks dan bukan gambar di WhatsApp dan bahkan Instagram tampaknya telah benar-benar diblokir.

Iran sering membatasi akses internet untuk mempersulit pengunjuk rasa memposting video di media sosial untuk mendapatkan dukungan dan juga untuk mendapatkan laporan yang dapat dipercaya tentang kondisi kerusuhan.

Pada 2019, pemerintah Iran pernah menutup internet selama sekitar satu minggu untuk membantu meredam protes yang berubah menjadi isu politik, yang memicu tindakan keras paling berdarah dalam 40 tahun sejarah Republik Islam tersebut.

Protes telah sangat intens di Kurdistan di mana Pengawal Revolusi Iran memiliki sejarah kelam dalam menekan kerusuhan.

Menteri Komunikasi Iran mengatakan sebelumnya pada Rabu, 21 September bahwa dia telah salah dikutip setelah outlet berita mengutipnya yang mengatakan bahwa pihak berwenang mungkin mengganggu layanan internet karena alasan keamanan.  

Situs web media sosial seperti TikTok, YouTube, Twitter, dan Facebook secara rutin diblokir di beberapa bagian di Republik Islam Iran, yang dikenal memiliki kontrol internet paling ketat di dunia. Tetapi penduduk yang paham teknologi melewati pembatasan itu dengan menggunakan jaringan pribadi virtual (VPN).

Meta dan Kementerian Luar Negeri Iran tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters tentang pembatasan itu.

Namun pembatasan internet ini telah memancing Elon Musk untuk campur tangan lewat keinginannya menyediakan jaringan internet Starlink di negara itu. Bahkan niat CEO SpaceX itu telah mendapatkan lampu hijau dari Departemen Keuangan AS.

Jika jaringan internet dari Starlink bisa menjangkau Iran, maka komunikasi lewat internet bisa kembali hidup di negara tersebut.