Bagikan:

JAKARTA - Hari bersejarah gagal didapatkan Rusia setelah Luna-25 gagal mendarat dengan mulus di Bulan. Diklaim, pesawat ruang angkasa itu mengalami kesalahan teknis.

Direktur Jenderal Badan Antariksa Rusia (Roscosmos) Yury Borisov, menyalahkan adanya jeda puluhan tahun dalam eksplorasi bulan di negara tersebut sebagai penyebab kecelakaan Luna-25.

Dia menjelaskan, mesin pesawat ruang angkasa itu dihidupkan pada akhir pekan untuk menempatkannya ke orbit pra-pendaratan tetapi tidak dimatikan dengan benar, sehingga Luna-25 jatuh ke Bulan.

“Bukannya 84 detik yang direncanakan, namun berhasil selama 127 detik. Ini adalah alasan utama keadaan darurat ini,” ujar Borisov kepada saluran berita pemerintah Rusia, Russia 24.

Roscosmos melakukan kontak dengan Luna-25 hingga Sabtu pukul 14:57 waktu setempat, ketika komunikasi terputus, pesawat ruang angkasa tersebut telah memasuki orbit bulan terbuka dan jatuh ke permukaannya.

“Pengalaman negatif dalam menghentikan program bulan selama hampir 50 tahun adalah alasan utama kegagalan tersebut. Itu akan menjadi keputusan terburuk (bagi Rusia untuk mengakhiri program tersebut sekarang)," ungkap Borisov.

Setelah kecelakaan itu, Borisov menyatakan misi ke Bulan adalah tentang memastikan kemampuan pertahanan jangka panjang serta kedaulatan teknologi.

"Perlombaan untuk mengembangkan sumber daya alam bulan telah dimulai. Di masa depan, Bulan akan menjadi platform yang ideal untuk eksplorasi luar angkasa," jelas Borisov, dikutip dari ABC News, Selasa, 22 Agustus.

Sebelumnya diwartakan, Luna-25 mengalami kegagalan saat mencoba mendarat di Bulan. Jika pesawat ruang angkasa itu berhasil, dia akan menjadi yang pertama mendarat di kutub selatan Bulan dan sebagai misi pertama Rusia dalam hampir 50 tahun.

Namun, jatuhnya Luna-25 merupakan pukulan telak bagi Roscosmos yang memang sedang berlomba mengalahkan misi Chandrayaan-3 India untuk mendarat di Bulan.

Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO), mengatakan pada akun resmi X-nya, Chandrayaan-3 akan mendarat sendiri di Bulan pada 23 Agustus.

Sama seperti Luna-25, Chandrayaan-3 berencana untuk mendarat di kutub selatan Bulan, wilayah yang diselimuti oleh es.

Dengan menganalisis es, bakal tercipta penelitian lebih lanjut tentang bagaimana air muncul di permukaan satelit alami Bumi itu dan apakah proses ini terkait dengan munculnya air di Bumi.