Bagikan:

JAKARTA - Standard Chartered Bank, salah satu raksasa bank terkemuka dilaporkan telah merevisi prediksi harga Bitcoin sebelumnya. Bank tersebut awalnya memprediksi harga Bitcoin akan mencapai 100.000 dolar AS (Rp1,5 miliar) pada akhir tahun 2024. 

Akan tetapi Standard Chartered Bank kini memperkirakan bahwa harga Bitcoin dapat mencapai 50.000 dolar AS (Rp761 jutaan) pada akhir tahun ini dan melampaui 120.000 dolar AS (Rp1,8 miliar) pada tahun depan. Revisi ini didasarkan pada penilaian analis bank yang mengantisipasi adanya peningkatan penimbunan Bitcoin oleh para penambang.

Geoff Kendrick, seorang analis valuta asing utama dari Standard Chartered Bank, menjelaskan bahwa kenaikan ini terjadi karena penambang Bitcoin mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dari aktivitas penambangan. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengurangi penjualan Bitcoin, tetapi tetap mempertahankan aliran pendapatan. Akibatnya, pasokan bersih Bitcoin berkurang, yang kemudian berdampak pada kenaikan harga Bitcoin.

Selain itu, terdapat indikator positif lainnya yang mendukung proyeksi kenaikan harga Bitcoin. Arus masuk aset kripto selama tiga minggu berturut-turut mengalami peningkatan, dan MACD bulanan berubah menjadi hijau. Peningkatan minat ini terbukti dengan adanya aliran masuk bersih sebesar 136 juta dolar AS (sekitar Rp2 triliun) ke produk investasi aset kripto minggu lalu.

Namun, harga Bitcoin saat ini sedang bergerak sideways, diperdagangkan pada angka 30.193 dolar AS (Rp459 jutaan). Meskipun demikian, volume perdagangan telah meningkat sebesar 30 persen dalam 24 jam terakhir, menunjukkan minat yang kuat dari para pedagang.

Di sisi lain, para penambang Bitcoin menghadapi tantangan dalam hal kesulitan penambangan. Meskipun mereka berusaha untuk menyimpan lebih banyak Bitcoin, kesulitan dalam proses penambangan tetap ada. Data dari platform on-chain Glassnode melaporkan bahwa Hash Rate Bitcoin (7DMA) terus meningkat dan mencapai nilai ATH (All-Time High) sebesar 395 EH/s. Hal ini menunjukkan tingkat keaktifan dan intensitas upaya penambangan dalam memecahkan blok.

Amerika Serikat, sebagai negara penambang dan pengguna Bitcoin terbesar di dunia, menghadapi tantangan dalam hal konsumsi energi yang tinggi oleh penambangan Bitcoin. Namun, beralih ke sumber energi terbarukan dapat membantu mengurangi dampak negatifnya terhadap perubahan iklim. Penggunaan sumber energi terbarukan, seperti emisi gas metana, dapat menjadi solusi untuk mengurangi dampak lingkungan dari penambangan Bitcoin.

Dengan perkiraan kenaikan harga Bitcoin yang lebih tinggi dari sebelumnya, para investor dan pengguna Bitcoin dapat memperhatikan perubahan tren pasar dan mengambil keputusan yang tepat dalam investasi mereka.