JAKARTA - Bitcoin (BTC), pemimpin pasar aset kripto, menghadapi kemungkinan penurunan nilai yang signifikan. Analis dari Bank Standard Chartered, Geoffrey Kendrick, memprediksi bahwa Bitcoin bisa jatuh ke kisaran 50.000 dolar AS hingga 52.000 dolar AS (sekitar Rp 720 juta hingga Rp 748,8 juta), menyusul penurunannya di bawah ambang psikologis 60.000 dolar AS .
Kendrick menyoroti faktor-faktor yang berkontribusi pada potensi penurunan ini, termasuk penarikan dana beruntun dari dana terdagang bitcoin (ETF) di Amerika Serikat dan reaksi pasar yang kurang antusias terhadap peluncuran ETF bitcoin dan ether spot di Hong Kong. Lebih dari itu, dia mengaitkan penurunan harga Bitcoin baru-baru ini dengan volume perdagangan ETF kripto spot yang rendah di Hong Kong.
Menurut analisis Standard Chartered, selain faktor spesifik kripto, kondisi makroekonomi yang lebih luas juga memberikan tekanan pada harga Bitcoin. Kendrick menekankan bahwa penurunan ukuran likuiditas, khususnya di Amerika Serikat sejak pertengahan April, telah mempengaruhi aset seperti kripto yang biasanya diuntungkan oleh likuiditas yang melimpah.
BACA JUGA:
Dengan latar belakang data inflasi AS yang kuat dan prospek pemangkasan suku bunga Federal Reserve yang lebih sedikit, Kendrick menilai bahwa likuiditas menjadi sangat penting. Dia juga menyinggung kemungkinan kembali masuknya Bitcoin ke kisaran harga yang lebih rendah jika Consumer Price Index (CPI) AS pada tanggal 15 mendatang menunjukkan angka yang mendukung.
Meskipun ada prediksi penurunan jangka pendek, Standard Chartered tetap optimistos tentang prospek jangka panjang Bitcoin. Bank tersebut bahkan meningkatkan perkiraan harga akhir tahun untuk Bitcoin pada 2024 dari 100.000 dolar AS menjadi 150.000 dolar AS (sekitar Rp 2,16 miliar), dan menyiratkan bahwa Bitcoin bisa mencapai 250.000 (sekitar Rp 3,6 miliar) pada 2025, tergantung pada aliran dana yang kuat ke ETF bitcoin spot dan pembelian potensial oleh manajer cadangan forex.
Kendrick mengakui bahwa prediksi tersebut mungkin membutuhkan waktu untuk terwujud, namun dia percaya bahwa mendekati pemilihan presiden AS, yang mungkin dimenangkan oleh Donald Trump, bisa memicu lonjakan harga Bitcoin dari sekitar September hingga akhir tahun.