JAKARTA - Metaverse atau yang lebih dikenal dengan dunia virtual hadir untuk meringankan kehidupan manusia, mulai dari pekerjaan, pendidikan dan hiburan. Sekarang, temuan baru menyebutkan dapat mengubah lingkungan.
Menurut para ilmuwan, metaverse juga dapat memiliki manfaat lingkungan dengan menurunkan suhu permukaan global hingga 0,02 derajat Celcius sebelum akhir abad ini.
Mereka mencoba untuk memahami, dari perspektif energi dan iklim, bagaimana teknologi khusus ini akan membantu. Pada dasarnya, para ilmuwan mencoba memprediksi masa depan.
Berbekal pemodelan berbasis Kecerdasan Buatan (AI), para ilmuwan menganalisis data dari sektor utama, seperti teknologi, energi, lingkungan, dan bisnis.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pertumbuhan penggunaan metaverse dan dampak dari aplikasinya yang paling menjanjikan.
Sepertu kerja jarak jauh, perjalanan virtual, pembelajaran jarak jauh, gim dan token yang tidak dapat dipertukarkan (NFT).
Para ilmuwan memproyeksikan ekspansi metaverse hingga 2050 di sepanjang tiga lintasan yang berbeda, yaitu lambat, sedang, dan cepat untuk mengetahui seberapa cepat adopsi itu mungkin terjadi.
Makalah yang dipimpin oleh mahasiswa doktoral Universitas Cornell Ning Zhao dan ditulis juga oleh penulis senior Fengqi You, Profesor Roxanne E. dan Michael J. Zak.
“Satu hal yang mengejutkan kami adalah bahwa metaverse ini akan tumbuh lebih cepat dari yang kami perkirakan. Sekarang kita benar-benar berada di era ledakan teknologi. Pikirkan smartphone kita. Mereka tumbuh sangat cepat," ungkap You.
BACA JUGA:
Hasil penelitian menunjukkan, pada 2050 industri metaverse berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 10 gigaton, konsentrasi karbon dioksida atmosfer yang lebih rendah sebesar 4,0 bagian per juta, mengurangi gaya radiasi efektif sebesar 0,035 watt per meter persegi dan total konsumsi energi domestik yang lebih rendah sebesar 92 EJ.
Semua pengurangan itu melampaui konsumsi energi nasional tahunan dari semua sektor penggunaan akhir pada tahun-tahun sebelumnya, seperti dikutip dari laman resmi Universitas Cornell, Sabtu, 17 Juni.
Berkat kerja jarak jauh berbasis metaverse, pembelajaran jarak jauh, dan pariwisata virtual dapat dipromosikan untuk meningkatkan kualitas udara.
Selain mengurangi emisi polutan udara, pengurangan transportasi dan penggunaan energi komersial dapat membantu mengubah cara distribusi energi, dengan lebih banyak pasokan energi menuju sektor perumahan.
Temuan ini dapat membantu pembuat kebijakan memahami bagaimana pertumbuhan industri metaverse dapat mempercepat kemajuan menuju pencapaian target net-zero emisi dan memacu strategi dekarbonisasi yang lebih fleksibel.
Penelitian ini diterbitkan dalam makalah berjudul, “Menumbuhkan Sektor Metaverse Dapat Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca sebesar 10 Gt CO2e di Amerika Serikat pada tahun 2050,” diterbitkan 14 Juni di Ilmu Energi dan Lingkungan.