Bagikan:

JAKARTA - Google telah lama memiliki pemantauan dark web, kini layanan tersebut diperluas untuk pengguna Gmail dan dapat digunakan secara gratis.

Pemantauan dark web Google dapat memperingatkan pengguna jika email mereka dijual atau disusupi di situs peretasan. Tetapi, itu hanya berupa email, bukan data pribadi lainnya, seperti nama, nomor telepon, atau alamat rumah.

Raksasa mesin pencarian itu sudah menawarkan layanan pemantauan dark web untuk pengguna berbayar di Amerika Serikat (AS) melalui layanan langganan Google One.

Namun, di hajatan tahunan Google I/O hari ini, perusahaan memperluas pemantauan keamanan ke semua pengguna Gmail secara gratis.

“Kami memperluas akses ke laporan dark web kami dalam beberapa minggu ke depan, siapa pun yang memiliki akun Gmail di AS akan dapat menjalankan pemindaian untuk melihat apakah alamat Gmail Anda muncul di web gelap dan menerima panduan tentang tindakan yang harus diambil untuk melindungi diri Anda sendiri," ujar Google.

Meski begitu, untuk menikmati layanan yang lengkap, pengguna harus membayar langganan Google One, yang juga dapat memindai untuk melihat apakah nomor Jaminan Sosial berpotensi berada di tangan penipu.

Selain itu, Google pun menawarkan Pemeriksaan Kata Sandi gratis untuk memeriksa kredensial yang disimpan di Pengelola Sandi Google.

Layanan tersebut akan memperingatkan pengguna tentang kredensial yang mungkin telah diekspos, lemah, atau digunakan di banyak akun.

Lebih lanjut, Google juga meluncurkan fitur menarik lainnya yaitu Tentang Gambar Ini, untuk membantu pengguna dalam mengidentifikasi konten online yang mungkin memenuhi syarat sebagai disinformasi atau konten yang dimanipulasi secara digital serta dihasilkan oleh AI.

Pengguna juga bisa melihat konteks tambahan tentang gambar tertentu, dengan anotasi dan tautan ke situs berita agar merek tetap mendapat informasi.

Tentang Gambar Ini akan memberi tahu pengguna saat gambar pertama kali diindeks di mesin telusur Google, serta memberikan informasi tambahan, seperti jika telah ditulis oleh outlet berita atau di-tweet oleh jurnalis.

Fitur tersebut tampaknya dirancang untuk membantu pengguna mengontekstualisasikan citra, sehingga mereka tidak tertipu oleh berita palsu. Demikian dikutip dari PC Mag dan Gizmodo, Kamis, 11 Mei.