Pesawat Ruang Angkasa AIM NASA Berhenti Intip Awan Tertinggi di Bumi Setelah 15 Tahun
Aeronomy of Ice in the Mesosphere (AIM) (foto: dok. NASA)

Bagikan:

JAKARTA - Setelah 15 tahun beroperasi akhirnya pesawat ruang angkasa NASA, Aeronomy of Ice in the Mesosphere (AIM) telah mengakhiri misinya yang bertugas memantau awan tertinggi di Bumi.

NASA menyatakan, penyebab misi berakhir karena AIM mengalami masalah pada baterainya. Awalnya, badan tersebut melihat baterai AIM mulai menurun pada 2019, tetapi pesawat ruang angkasa itu masih terus mengembalikan sejumlah besar data ke Bumi.

Sekarang, dengan penurunan daya baterai yang semakin parah, AIM tidak lagi dapat menerima perintah atau mengumpulkan data.

Tim NASA akan terus memantau komunikasi AIM selama dua minggu jika pesawat ruang angkasa dapat melakukan reboot dan mengirimkan sinyal.

NASA meluncurkan misi AIM pada 2007 lalu untuk mempelajari awan malam yang bersinar atau noctilucent, dari orbitnya 312 mil di atas Bumi. Awan Noctilucent terletak di lapisan ketiga atmosfer Bumi, mesosfer, menjadikannya awan tertinggi di Bumi.

Agar awan noctilucent terbentuk, mereka membutuhkan uap air, debu, dan suhu yang sangat rendah seperti banyak awan. Awan noctilucent terlihat selama bulan-bulan musim panas ketika mesosfer berada pada titik terdingin di kutub, seperti dikutip dari Space, Senin, 20 Maret.

Ketika suhu cukup rendah, uap air membeku ke partikel debu, membentuk kristal es. Saat matahari menyinari mereka dari bawah, kristal es ini memantulkan sinar matahari dan muncul sebagai gumpalan biru elektrik di langit malam, menjangkau ke tepi angkasa.

Debu mesosfer dapat berasal dari luar angkasa sebagai meteor kecil atau berasal dari Bumi dari letusan gunung berapi atau emisi polutan. Menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), awan aneh ini pertama kali disebutkan pada 1885, dua tahun setelah letusan gunung Krakatau.

Sementara itu, data AIM telah mengubah pemahaman para ilmuwan tentang penyebab dan pembentukan awan. Dengan data itu, muncul dalam 379 makalah peer-review, termasuk studi 2018 belum lama ini yang menemukan emisi metana muncul karena perubahan iklim disebabkan oleh manusia, sehingga awan yang bersinar di malam hari lebih sering terbentuk.

Awalnya, AIM dijadwalkan untuk beroperasi selama dua tahun dan menyelesaikan misi utamanya pada 2009, tetapi NASA masih melihat kondisi pesawat tersebut cukup baik, kemudian misi diperpanjang status operasinya sejak saat itu.

Melansir Engadget, kematian AIM mengikuti pesawat ruang angkasa NASA yang juga telah mengakhiri misinya.

Di awal tahun, badan tersebut mendeorbit Earth Radiation Budget Satellite setelah hampir empat dekade mengumpulkan pengukuran ozon dan atmosfer.