JAKARTA - Baru-baru ini, Starlink meluncurkan layanan internet via satelit global baru bernama Starlink Roam. Layanan ini menjanjikan akses internet di hampir semua tempat di seluruh dunia dengan harga 200 dolar AS (Rp3 juta) per bulan atau 150 dolar AS (Rp2,3 juta) per bulan untuk akses regional.
Pelanggan juga dapat memilih antena portabel seharga 599 dolar AS (Rp9,25 juta) atau antena untuk digunakan saat dalam perjalanan seharga 2.500 dolar AS (Rp38,5 juta). Sebelumnya, pengguna hanya dapat menggunakan satelit Starlink di dalam benua yang sama.
Starlink memasarkan layanan baru ini sebagai cara bagi pelanggan untuk menggunakan internet di "lokasi di mana koneksi tidak dapat diandalkan atau sama sekali tidak tersedia." Pelanggan juga dapat menghentikan dan memulai kembali langganan kapan saja, sambil tetap ditagih dalam periode satu bulan.
BACA JUGA:
Meskipun masih belum banyak detail tentang Starlink Roam, layanan ini diklaim belum sepenuhnya dapat diandalkan dan memiliki sedikit masalah konektivitas. Namun, FAQ page untuk Starlink Roam menyatakan bahwa layanan global ini "hanya dapat dipesan" di negara-negara yang terdaftar pada peta ketersediaan Starlink. Belum jelas apakah layanan ini masih tersedia di negara-negara di mana Starlink secara teknis tidak diizinkan.
Starlink telah memiliki rencana 5.000 dolar AS per bulan untuk akses internet di laut, dan juga membuat antena Flat High Performance-nya tersedia untuk digunakan dalam perjalanan di dalam RV dan kendaraan lainnya. Peluncuran Starlink Roam ini datang hanya satu hari setelah Amazon mengungkapkan terminal pelanggan Project Kuiper mereka.
Starlink now offers a global roaming option for customers traveling to locations where connectivity has been unreliable or completely unavailable → https://t.co/zQFh5qscts pic.twitter.com/CKpsWVeDx4
— SpaceX (@SpaceX) March 15, 2023
Belum jelas apakah Starlink bisa digunakan di Indonesia saat ini. Pada saat artikel tersebut ditulis, Starlink masih menunggu persetujuan peraturan dari beberapa negara termasuk India, Pakistan, dan Kamboja.
Elon Musk juga menyatakan dalam wawancara dengan Financial Times bahwa pemerintah China "telah menegaskan ketidaksetujuannya terhadap peluncuran Starlink baru-baru ini." Namun, Starlink menyatakan bahwa layanannya dapat dipesan hanya di negara-negara yang terdaftar pada peta ketersediaan Starlink. Oleh karena itu, perlu menunggu informasi lebih lanjut untuk mengetahui apakah layanan Starlink akan tersedia di Indonesia di masa depan.