JAKARTA - Platform mata uang kripto yang berbasis di London, Luno, dilaporkan akan melakukan pemangkasan jumlah karyawannya hingga lebih dari 330 orang. Ini menambahkan nama Luno ke dalam daftar perusahaan yang mengalami pemangkasan karyawan di industri kripto karena pasar bearish, termasuk Coinbase, Crypto.com, Bybit, Huobi, Gemini, dan banyak lagi.
Menurut liputan CNBC, Luno akan mengurangi jumlah karyawannya dari 960 orang menjadi sekitar 630 orang. Pihak Luno mengakui adanya kesulitan yang menimpa perusahaan. Kondisi ini turut mempengaruhi pendapatan Luno.
"Tahun 2022 merupakan tahun yang sangat sulit bagi industri teknologi yang lebih luas dan, khususnya, pasar kripto. Luno, sayangnya, tidak kebal terhadap gejolak ini, yang telah memengaruhi pertumbuhan dan angka pendapatan kami secara keseluruhan," kata juru bicara Luno.
Selain Luno, beberapa bursa mata uang kripto lain juga telah mengambil langkah-langkah pengurangan staf. Coinbase, misalnya, telah memberhentikan 18 persen karyawannya tahun lalu dan tambahan 950 orang pada awal bulan ini. Bybit (30 persen), Huobi (30 persen), BitMEX (30 persen), dan Crypto.com juga merupakan bagian dari deretan perusahaan Digital Currency Group (DCG).
BACA JUGA:
Luno, yang berada di bawah payung DCG, juga mengalami kesulitan. Meskipun memiliki kantor pusat di London, Luno memiliki kantor di seluruh Eropa, Afrika, dan Asia Tenggara.
DCG, salah satu dari banyak entitas mata uang kripto yang terjebak dalam efek domino FTX, juga harus menghadapi banyak masalah. Perusahaan ini telah memberhentikan 10 persen stafnya tahun lalu dan menutup divisi manajemen kekayaan. Salah satu anak perusahaannya, Genesis, bahkan mengajukan perlindungan kebangkrutan.
Co-Founder Gemini, Cameron Winklevoss, juga mengancam akan menuntut CEO Barry Silbert. "Kecuali Barry dan DCG sadar dan memberikan penawaran yang adil kepada para kreditur, kami akan mengajukan gugatan terhadap Barry dan DCG dalam waktu dekat," katanya.
Winklevoss juga mengklaim bahwa Digital Currency Group (DCG) berhutang kepada anak perusahaannya, Genesis, lebih dari 1,6 miliar dolar AS (Rp24 triliun). Dia menyalahkan CEO DCG, Barry Silbert, sebagai penyebab "kekacauan" tersebut dan mendesak Dewan DCG untuk segera memberhentikan Silbert.