Global Witness Tuduh Facebook Izinkan Iklan Online tentang Kekerasan di Platformnya
Pendukung mantan Presiden sayap kanan Brasil, Jair Bolsonaro kecewa atas kekalahan dalam Pemilu. (foto: twitter @jairbolsonaro)

Bagikan:

JAKARTA- Menurut sebuah laporan dari Global Witness yang muncul baru-baru ini menyebut jika Facebook menyetujui serangkaian iklan online yang mempromosikan kekerasan di Brasil. Itu terjadi beberapa hari setelah pengunjuk rasa menggeledah gedung-gedung pemerintah di negara itu.

Awal bulan ini, ribuan pendukung mantan Presiden sayap kanan Brasil, Jair Bolsonaro menyerbu kongres negara, mahkamah agung, dan istana presiden dalam serangan yang berlangsung lebih dari tiga jam.

Dalam upaya membendung aliran postingan yang menghasut kekerasan online, perusahaan induk Facebook, Meta mengatakan telah menetapkan Brasil sebagai "lokasi berisiko tinggi sementara" dan menghapus konten yang menyerukan orang untuk mengangkat senjata atau menyerang bangunan pemerintah secara paksa.

Namun, empat hari setelah pemberontakan, organisasi hak asasi manusia Global Witness menemukan bahwa Facebook masih mengizinkan iklan berisi ancaman pembunuhan dan seruan kekerasan lainnya di platformnya.

Menggunakan akun palsu, terdapat grup mengirimkan 16 iklan palsu untuk dijalankan di platform, 14 di antaranya disetujui Facebook untuk dipublikasikan.

Di antara iklan yang disetujui terdapat pesan yang berbunyi, dalam bahasa Portugis: "Kita perlu menggali semua tikus yang telah merebut kekuasaan dan menembak mereka", "Kita membutuhkan revolusi militer untuk memulihkan supremasi hukum", dan "Matilah anak-anak dari Pemilih Lula”.

Presiden sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva mulai menjabat pada 1 Januari setelah mengalahkan Bolsonaro dalam pemilihan putaran kedua pada Oktober 2022. Bolsonaro menolak untuk mengakui kekalahan tipis itu,  dan beberapa pendukung mengklaim pemilihan itu dicurangi.

Global Witness juga mengirimkan iklan untuk disetujui di YouTube, tetapi platform berbagi video tersebut segera menangguhkan akun grup tersebut. Global Witness mengatakan menarik iklan dari Facebook sebelum pengguna lain dapat melihatnya.

 “Setelah kekerasan di Brasilia, Facebook mengatakan mereka 'secara aktif memantau' situasi dan menghapus konten yang melanggar kebijakan mereka. Tes ini menunjukkan betapa buruknya kemampuan mereka untuk menegakkan apa yang mereka katakan,” kata Rosie Sharpe, juru kampanye ancaman digital di Global Witness, seperti dikutip Reuters. “Tanggapan YouTube yang jauh lebih kuat menunjukkan bahwa ujian yang telah kami tetapkan mungkin bisa dilewati.”

Juru bicara Meta, Mitch Henderson, mengatakan sampel kecil iklan yang ditunjukkan Global Witness tidak mewakili bagaimana perusahaan menegakkan kebijakannya dalam skala besar.

“Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, menjelang pemilu tahun lalu di Brasil, kami menghapus ratusan ribu konten yang melanggar kebijakan kami tentang kekerasan dan hasutan serta menolak puluhan ribu kiriman iklan sebelum ditayangkan,” ucapnya.

“Kami menggunakan teknologi dan tim untuk membantu menjaga platform kami aman dari penyalahgunaan dan kami terus menyempurnakan proses kami untuk menegakkan kebijakan kami dalam skala besar,” ungkap Henderson.