JAKARTA – Regulator AS, Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) baru-baru ini menyatakan bahwa token yang diterbitkan oleh bursa kripto FTX, yakni FTT, adalah sekuritas. Pernyataan tersebut disampaikan SEC pasca bangkrutnya FTX.
SEC menilai token FTT beroperasi dengan cara “buy and burn” atau beli dan bakar. Program yang diprakarsai oleh FTX ini identik dengan pembelian kembali (buyback) saham. Karena itu merupakan perilaku sekuritas, maka FTT dikategorikan sebagai sekuritas.
Pada 21 Desember kemarin, SEC menilai exchanger kripto FTX yang menjual token FTT-nya sebagai kontrak investasi termasuk ke dalam sekuritas. Sebelum FTX menyatakan kebangkrutan, perusahaan rekanan Alameda Research mengumumkan untuk menjual stablecoin senilai Rp4,5 triliun.
Tindakan tersebut langsung direspon oleh Binance. Berselang tidak lama setelah itu, Changpeng Zhao mengumumkan dalam postingan Twitter bahwa pihaknya akan menjual seluruh token FTT yang dimilikinya. Penjualan dilakukan secara bertahap supaya tidak mempengaruhi pasar.
Namun, tindakan tersebut justru memicu penjualan besar-besaran dari para trader dan investor FTT. Hingga saat ini, harga token FTT terjun bebas hingga 98 persen. Kondisi ini memicu FTX mengalami krisis likuiditas dan menyatakan kebangkrutan. Faktor utama yang membuat FTX kolaps adalah dana konsumen bursa yang dikirimkan ke Alameda Research untuk diperdagangkan.
Di sisi lain, SEC mengungkap jika perdagangan di bursa FTX meningkat, maka pembelian token FTT juga akan meningkat. Kondisi ini menguntungkan pemegang token FTT. Terutama pemilik FTT di internal perusahaan.
"Jika permintaan untuk perdagangan di platform FTX meningkat, permintaan untuk token FTT dapat meningkat, sehingga setiap kenaikan harga FTT akan menguntungkan pemegang FTT secara merata dan berbanding lurus dengan kepemilikan FTT mereka,” kata pihak SEC dikutip dari CoinSpeaker.
“Alokasi token yang besar ke FTX memberi insentif kepada tim manajemen FTX untuk mengambil langkah-langkah untuk menarik lebih banyak pengguna ke platform perdagangan dan, oleh karena itu, meningkatkan permintaan untuk, dan meningkatkan harga perdagangan, token FTT," tambah regulator AS itu.
BACA JUGA:
Mengomentari hal ini, pihak FTX menyatakan pihaknya menggunakan hasil penjualan token FTT untuk mendanai pengembangan, marketing, operasi bisnis, dan pertumbuhan bursa kripto FTX. Komisi Sekuritas dan Bursa AS secara gamblang memaparkan bahwa token tersebut menjanjikan keuntungan.
"Materi FTT memperjelas bahwa upaya tim manajemen inti FTX akan mendorong pertumbuhan dan kesuksesan akhir FTX," kata SEC. Selain itu, SEC juga menyebutkan program "buy and burn" yang diprakarsai oleh pertukaran crypto FTX.
Regulator sekuritas mengatakan bahwa inisiatif ini mirip dengan banyak token pertukaran kripto lainnya dan mirip dengan pembelian kembali saham di mana pendapatan dari FTX akan membeli kembali dan membakar FTT untuk meningkatkan nilain token tersebut.
Meski demikian, penilaian SEC terkait token kripto yang diterbitkan oleh FTX itu terhitung terlambat. Pasalnya, kategorisasi SEC terkait token FTT terjadai setelah perusahaan mengajukan kebangkrutan. Hal senada diungkapkan oleh CEO Ripple, Brad Garlinghouse, yang menyatakan bahwa Ketua SEC Gary Gensler telah gagal memprediksi keruntuhan FTX. Itu artinya regulator tidak mampu mengantisipasi kerugian yang dialami investor di exchange tersebut.