JAKARTA - Xiaomi, produsen ponsel cerdas yang memiliki ambisi untuk mengalahkan iPhone sebagai nomor satu secara global ini, dikabarkan telah merumahkan para pekerjanya kurang dari 10 persen.
"Baru-baru ini (kami) menerapkan optimalisasi personel rutin dan perampingan organisasi, dengan pihak yang terkena dampak berjumlah kurang dari 10 persen dari total tenaga kerja," ungkap Xioami dalam sebuah pernyataan resmi kemarin.
Menurut laporan keuangan Xiaomi di kuartal ketiga (Q3) tahun ini, total karyawan Xiaomi mencapai 35.314 pekerja pada 30 September, dengan sebagian besar pekerja tersebut 32.609 berbasis di China daratan, diikuti oleh India dan Indonesia.
Diwartakan pertama kali oleh South China Morning Post, Rabu, 21 Desember, yang mengutip salah satu unggahan karyawan Xiaomi yang terdampak di media sosial. Xiaomi akan memangkas pekerjaan di beberapa unit bisnis ponsel pintar dan layanan internetnya.
Pekerja yang di-PHK akan diberikan paket redundansi, mengisyaratkan langkah tersebut dapat mengurangi gaji pekerja Xiaomi yang masih menetap sekitar 15 persen.
BACA JUGA:
PHK Xiaomi terjadi ketika China tengah bergulat dengan dampak ekonomi dari pembatasan COVID-19 selama bertahun-tahun serta permintaan ponsel cerdas global yang melambat.
Melansir CNET, pada November lalu, Xiaomi melaporkan penurunan hampir 10 persen dalam pendapatan kuartal ketiga dengan penjualan ponsel cerdas turun 11 persen dari tahun ke tahun (YoY). Pendapatan dari ponsel cerdas mencapai sekitar 60 persen dari total penjualan perusahaan.
PHK terbaru ini dapat memengaruhi ribuan pekerja, banyak di antaranya baru saja bergabung dengan perusahaan selama perekrutan yang dimulai pada Desember tahun lalu.
Langkah Xiaomi merumahkan karyawannya ini mengikuti serentetan PHK di sejumlah perusahaan teknologi besar, seperti Meta, Twitter, dan Amazon.