JAKARTA – Perusahaan tambang batubara asal Indonesia, PT Indika Energy dan Foxconn yang berbasis di Taiwan kini bermitra untuk membuat kendaraan listrik di Indonesia. Keduanya juga sedang mempertimbangkan untuk membawa perusahaan Thailand sebagai mitra ketiga.
Arsjad Rasjid, Presiden Direktur Indika, masih menolak untuk menyebutkan nama perusahaan Thailand atau target penyelesaian kemitraan karena negosiasi yang sedang berlangsung. Namun kepada Reuters, Rabu, 16 November ia mengatakan ketiganya dapat berinvestasi dalam produksi baterai EV atau EV.
"Kita tahu kubu otomotif terkuat di ASEAN adalah Indonesia dan Thailand, daripada bersaing, kenapa tidak kita saling melengkapi," ujarnya dalam wawancara video dengan Reuters saat pertemuan para pemimpin G20.
Pada bulan September, Indika dan Foxconn meluncurkan usaha patungan senilai 2 miliar dolar AS untuk membuat kendaraan listrik, baterai, dan penyimpanan energi di Indonesia.
Arsjad mengatakan usaha tersebut kemungkinan akan fokus pada pembuatan bus listrik dalam produksi awalnya dan mungkin nantinya bergerak untuk membuat truk listrik.
Foxconn, kontraktor terbesar Apple untuk membuat iPhone, juga memiliki usaha patungan senilai 1 miliar dolar AS dengan grup energi Thailand, PTT untuk memproduksi EV baterai. Sementara Foxconn juga tidak menanggapi permintaan komentar melalui email.
BACA JUGA:
Menurut Arsjad, Indika baru-baru ini mengakuisisi perusahaan logam lokal PT Perkasa Investama Mineral, yang memiliki bisnis penambangan bauksit, untuk mengamankan bahan produksi baterai. Ia menambahkan bahwa mereka sedang mencari peluang untuk membeli tambang bauksit atau nikel lainnya.
Seperti banyak perusahaan energi lainnya, Indika ingin mendiversifikasi bisnisnya untuk mengurangi paparan terhadap batu bara, bahan bakar fosil yang paling berpolusi, untuk mencapai target netralitas karbon pada tahun 2050.
Indika adalah salah satu penambang batu bara teratas di Indonesia, yang juga merupakan pengekspor batu bara terbesar di dunia.
Arsjad, yang memimpin pertemuan B20 para eksekutif bisnis dari ekonomi G20, mengatakan bahwa bisnis telah merekomendasikan inisiatif kepada para pemimpin untuk mempercepat transisi energi dunia ke energi terbarukan. Ini termasuk cara untuk menyeimbangkan langkah jangka pendek dan jangka panjang untuk mempercepat penurunan bertahap penggunaan energi batu bara.