Bagikan:

JAKARTA - Selama bertahun-tahun perubahan iklim diduga dapat sepenuhnya mengubah Bumi, tetapi masih banyak yang belum dipahami tentang bagaimana perubahan iklim itu yang sebenarnya. Misi terbaru NASA dapat memberikan jawabannya.

Misi Investigasi Sumber Debu Mineral Permukaan Bumi atau EMIT yang digagas oleh NASA ini memaparkan lebih banyak pemahaman tentang perubahan iklim.

Misi baru ini dijalankan dari atas Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) sejak Juli lalu dan menghasilkan peta mineral pertamanya.

"EMIT adalah salah satu dari tujuh instrumen ilmu Bumi di Stasiun Luar Angkasa Internasional yang memberi kita lebih banyak informasi tentang bagaimana planet kita dipengaruhi oleh perubahan iklim," ujar kepala ilmuwan dan penasihat iklim senior NASA, Kate Calvin yang dikutip dari laman resmi NASA, Senin, 17 Oktober.

EMIT menganalisis cahaya yang dipantulkan dari Bumi, mengukurnya pada ratusan panjang gelombang, dari spektrum yang terlihat hingga spektrum inframerah. Para ilmuwan menggunakan pola ini, yang disebut sidik jari spektral, untuk mengidentifikasi mineral permukaan dan menentukan lokasinya.

Lebih lanjut, peta yang dihasilkan EMIT memberikan gambaran rinci tentang bagaimana komposisi permukaan yang ditemukan di wilayah barat laut Nevada dan Gurun Sahara di Libya.

NASA menyatakan, daerah berangin itu merupakan sumber partikel debu halus yang memanaskan atau mendinginkan udara di sekitarnya saat terangkat ke atmosfer.

Data peta tersebut juga dikombinasikan dengan situs seperti Google Dynamic World. Namun, para ilmuwan belum dapat benar-benar menilai bagaimana perubahan iklim itu bereaksi dalam skala global.

Dengan pengukuran EMIT yang akhirnya dirilis, para ilmuwan NASA mungkin dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang perubahan iklim secara keseluruhan dan bahkan mungkin menemukan beberapa cara baru untuk menyelesaikannya.

"Data yang dihasilkan EMIT akan memberi para ilmuwan lebih banyak wawasan tentang bagaimana Bumi dipanaskan dan didinginkan, dan bahkan bagaimana mineral seperti partikel debu ini terangkat dari Nevada dan Gurun Sahara mempengaruhi semua itu," tutur Calvin.