Penelitian AI Ungkap Jomblo dan Tidak Bahagia Bisa Mempercepat Penuaan Ketimbang Merokok
Kesepian bisa membuat penuaan lebih cepat. (foto; dok. pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Para ilmuwan baru saja menemukan jam tangan jenis baru yang menggunakan kecerdasan buatan (Articiial Intelligence) untuk mengukur bagaimana kondisi kesehatan mental seseorang.

Disebut model penuaan digital atau jam penuaan, alat ini juga bisa digunakan untuk mendapatkan terapi anti-penuaan pada semua orang.

Dibesut dari kolaborasi yang dipimpin oleh Deep Longevity, yakni sebuah perusahaan publik yang berinvestasi di jam tua dengan ilmuwan Amerika Serikat (AS) dan China, mereka mengukur bagaimana penuaan bisa terjadi karena efek dari kesepian, kurang tidur atau merasa tidak bahagia.

Jam penuaan baru ini dilatih dan diverifikasi dengan darah serta data biometrik dari 7.000 orang dewasa sehat di China yang hanya mencakup peserta berusia 45 tahun atau lebih.

Hasilnya, akselerasi penuaan terdeteksi pada orang dengan riwayat stroke, penyakit hati, paru-paru, perokok, dan yang paling menarik, orang dalam kondisi mental yang rentan.

Faktanya, perasaan putus asa, tidak bahagia, dan kesepian terbukti meningkatkan usia biologis seseorang lebih dari merokok. Ini bukan berarti algoritme menemukan bahwa merokok memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah daripada depresi atau kesepian, merokok tetap menjadi salah satu faktor risiko utama timbulnya penyakit kanker dan jantung.

Faktor lain yang terkait dengan percepatan penuaan jika orang yang belum menikah jarang merasa bahagia, sering merasa putus asa, dan sulit tidur, yang mungkin memiliki dampak lebih besar pada kesehatan mereka daripada orang yang merokok.

Bahkan, mereka yang tinggal di daerah pedesaan juga menjadi penyebabnya, karena rendahnya ketersediaan layanan medis.

Para ilmuwan mengatakan hasil mereka menunjukkan dampak merugikan dari kesejahteraan psikologis yang rendah sama besarnya dengan penyakit serius serta merokok.

"Kami menyimpulkan bahwa komponen psikologis tidak boleh diabaikan dalam studi penuaan karena dampak signifikannya pada usia biologis," tulis para ilmuwan dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Aging dikutip dari Science Alert, Senin, 17 Oktober.

Upaya terbaru ini menggabungkan informasi fisik pada 16 faktor darah, termasuk kadar kolesterol serta BMI, lingkar pinggang, dan tekanan darah.

Dengan mengukur aspek-aspek tertentu dari kesehatan fisik seseorang, para ilmuwan berharap suatu hari dapat memprediksi seberapa muda atau tua seseorang dalam tahun-tahun biologis.

Jika jam itu juga akurat, ini bisa membantu para ilmuwan memahami mengapa beberapa individu menua lebih cepat daripada yang lain dan faktor gaya hidup apa yang berkontribusi pada proses penuaan itu.