YOGYAKARTA – Cara kita makan, berdampak pada kesehatan atau kondisi tubuh selama beberapa tahun ke depan. Seperti temuan penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition, menunjukkan bahwa konsumsi makanan yang diproses berlebihan atau makanan olahan ultra yang tinggi dikaitkan dengan percepatan signifikan pada penuaan biologis. Penuaan biologis ini, menyebabkan terkena penyakit kronis dan berkurangnya harapan hidup.
Makanan yang diproses berlebihan berbeda dengan makanan segar, atau kita kenal sebagai fresh food. Makanan segar sangat sedikit diproses bahkan lebih banyak dimakan mentah untuk mempertahankan kandungan nutrisi di dalam bahan-bahannya. Berbeda dengan makanan yang diproses berlebihan, yang mana nilai gizinya rendah. Penelitian melibatkan 22.000 orang dewasa di Italia. Mereka mengkonsumsi banyak makanan yang diproses berlebihan dan berkaitan dengan penuaan biologis lebih cepat.
Penuaan biologis memberikan gambaran akurat tentang kesehatan tubuh daripada sekedar pilihan gaya hidup, khususnya diet. Kandungan gizi yang buruk pada makanan yang diproses berlebihan tidak banyak berkontribusi pada kebutuhan nutrisi tubuh. Karena itu peneliti menyebut jenis makanan tersebut sebagai “karakteristik non-nutrisi”. Di dalam jenis makanan ini, didorong dekonstruksi matriks makanan yang mengacu pada pemecahan makanan utuh menjadi nutrisi yang terisolasi dan zat berbahaya yang terbentuk selama pemrosesan makanan serta kontak jangka panjang dengan bahan kemasan makanan yang tidak sehat.
Penelitian ini mengidentifikasi dan mengklasifikasi persentase dari total makanan yang dikonsumsi partisipan setiap hari. Klasifikasi makanan yang dikonsumsi dipecah menjadi lima tingkat, dari yang tinggi ke rendah. Untuk menilai kualitas pola makan, para peneliti menggunakan Skor Pola Makan Mediterania, yang berkisar dari 0 hingga 9 poin. Skor tersebut didasarkan pada konsumsi makanan diet Mediterania yang lebih tradisional seperti buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, polong-polongan, dan ikan, sambil mengonsumsi lebih sedikit daging dan susu, dibandingkan dengan tingkat rata-rata dalam kelompok studi.
Dalam analisis data, peneliti menggunakan program pembelajaran mesin yang mengamati 36 biomarker darah yang berbeda untuk menentukan usia biologis peserta. Beberapa penanda darah, meliputi lipit darah serta trigliserida dan kolesterol, penanda metabolisme glukosa seperti glukosa darah dan insulin, ditambah penanda peradangan seperti protein C-reaktif. Usia biologis tubuh diukur berdasarkan penanda tersebut, yang ternyata berbeda berdasarkan usia sebenarnya terkait dengan makanan yang dimakan sehari-hari.
BACA JUGA:
Metode statistik dipakai menganalisis perbedaan usia dengan mempertimbangkan faktor risiko yang diketahui. Hasil penelitian ini, menemukan makanan yang diproses berlebihan sebabkan penuaan biologis lebih cepat. Sampel menganalisis 11.726 wanita (52 persen) dan 10.769 pria (48 persen). Peserta melaporkan bahwa makanan ultra-olahan membentuk rata-rata 10,7% dari berat makanan mereka, yang berkontribusi terhadap 18,2% dari total asupan kalori mereka. Rata-rata usia kronologis peserta 55,6 tahun, sedangkan rata-rata usia biologis mereka adalah 54,9 tahun. Jadi, perbedaan usia, hasilnya didapat dari usia biologis dikurangi usia kronologis, adalah sekitar 0,70 tahun.
Dalam kelompok peserta orang Italia ini, makanan yang diproses berlebihan dan paling sering dimakan sehari-hari, antara lain daging olahan (17,6 persen), kue, pai, dan kue kering (14,2 persen), serta minuman buah (10,9 persen). Dalam analisis yang disesuaikan dengan beberapa variabel, peneliti menemukan bahwa konsumsi makanan ultra-olahan tertinggi (kelima teratas) dikaitkan dengan penuaan biologis yang lebih cepat, meningkatkan usia biologis rata-rata 0,34 tahun dibandingkan dengan konsumsi terendah. Secara keseluruhan, pola makan dengan lebih dari 14 persen kalori total dari makanan ultra-olahan dikaitkan dengan percepatan penuaan biologis, menurut jam biologis yang menggunakan 36 biomarker darah.
Menurut dokter Thomas M. Holand, MD., MS., pemrosesan makanan berlebihan secara intensif mengganggu struktur alami, atau metriks, dari makanan utuh. Dokter serta ilmuwan yang tidak terlibad dalam penelitian di atas, mengatakan makanan diproses berlebihan gizinya rendah. Melansir Medical News Today, Rabu, 27 November, selain gizi rendah jelas ahli diet kesehatan pencernaan Alyssa Simpson, RDN., CGN., CLT., makan olahan mengganggu struktur nutrisi dan serat alami. Efeknya keragaman mikroba bermanfaat dalam usus terganggu. Ini bisa sebabkan gangguan kemampuan tubuh memproses gula, sehingga sebabkan lonjakan gula darah dan peradangan. Lebih jauh lagi, mikrobiota usus yang berubah dan respons peradangan dapat mempercepat proses penuaan sel, meningkatkan kerentanan terhadap penyakit terkait usia.