Khawatir Perubahan Iklim, NASA Akan Analisis Debu di Bumi dari Luar Angkasa
NASA akan segera meluncurkan eksperimen ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) untuk mengukur debu di atmosfer Bumi. (foto: dok. nasa)

Bagikan:

JAKARTA - Mengingat perubahan iklim semakin mengkhawatirkan, NASA akan segera meluncurkan eksperimen ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) untuk mengukur debu di atmosfer Bumi.

Hal ini bertujuan untuk membuktikan apakah debu berpengaruh terhadap perubahan iklim. Sejatinya, para ilmuwan tahu bahwa debu memengaruhi lingkungan dan iklim, namun mereka tidak memiliki cukup data untuk menentukan secara rinci, apa efeknya.

Sebagai bagian dari rangkaian alat dan eksperimen pemantauan Bumi, NASA akan mengirimkan Instrumen Investigasi Sumber Debu Mineral Permukaan Bumi (EMIT) ke ISS.

EMIT dapat menganalisis debu menggunakan spektrometer, instrumen yang memecah cahaya menjadi spektrum untuk melihat komposisi target. Ini memungkinkannya untuk menentukan mineral tertentu dalam debu, dan melihat dari mana debu itu dibuat.

Idenya adalah untuk mengarahkan instrumen ke Bumi dan mempelajari daerah gurun khususnya, karena ini adalah sumber sejumlah besar debu mineral di atmosfer.

Menurut NASA yang dikutip dari laman resmi, Senin, 6 Juni, jumlah total debu mineral yang dibawa dari daerah gurun dan ke atmosfer adalah jumlah yang luar biasa lebih dari satu miliar metrik ton per tahun. Para ilmuwan ingin mengukur bagaimana debu ini bergerak melalui atmosfer dan apa pengaruhnya terhadap iklim.

Perubahan iklim menyebabkan lebih seringnya badai debu (melalui Lingkungan Atmosfer) dan itu berkontribusi pada peristiwa cuaca berbahaya lainnya seperti badai pasir juga. Namun, mencoba memahami efek keseluruhan debu pada iklim itu rumit.

Debu dapat memiliki efek kompleks pada suhu ekstrem, seperti yang dijelaskan oleh sebuah penelitian yang diterbitkan di Frontiers in Earth Science, dan para ilmuwan tidak yakin bagaimana memiliki lebih banyak debu di sekitar akan memengaruhi iklim.

Bisa jadi jenis debu yang berbeda memiliki efek yang berbeda, dan beberapa dapat memantulkan panas dari matahari dan membantu mendinginkan planet ini, sementara yang lain dapat menyerap panas dan berkontribusi terhadap pemanasan. Itu berarti sulit bagi para ilmuwan untuk memprediksi peran debu dalam perubahan iklim.

Itu sebabnya EMIT digunakan untuk mengukur jenis debu, guna melihat apakah mereka adalah jenis yang lebih gelap yang menyerap panas atau jenis berwarna lebih terang yang memantulkannya.

Mengumpulkan data akan membantu para ilmuwan melihat bagaimana debu memengaruhi iklim sekarang, dan juga untuk memprediksi bagaimana debu itu akan mempengaruhi iklim saat berubah di masa depan. Nantinya, instrumen EMIT akan dijadwalkan untuk diluncurkan ke ISS pada 9 Juni mendatang.

"Dengan memasukkan data komposisi sumber debu global EMIT ke dalam model dan prediksi, para ilmuwan akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana jumlah dan komposisi debu di daerah kering dapat berubah di bawah skenario iklim dan penggunaan lahan yang berbeda," tutur NASA.