FLO Bangun Stasiun Pengisi Daya EV Tepi Jalan yang ke-100 di Kota New York
FLO bangun pengisi dyaa EV ke-100 di New York City (foto: Instagram FLO)

Bagikan:

JAKARTA - Sebagai bagian dari kerja sama dengan Departemen Transportasi dan Konsolidasi Edison, FLO sebagai jaringan pengisian kendaraan listrik terbesar di Kanada membangun pengisi daya tepi jalan di seluruh Kota New York. 

Kerja sama ini ditetapkan sebagai tujuan keberlanjutan yang kuat, dan bertujuan untuk mendorong adopsi EV sebagai sarana untuk mengurangi emisi rumah kaca dan meningkatkan kualitas udara. 

FLO telah memasang stasiun pengisian daya EV nya sejak Juni 2021, dan sekarang mereka memasang pengisi daya ke-100, yang berlokasi di Staten Island, membuat pengisian daya tepi jalan tersedia di semua 5 wilayah.

Penempatan pengisi daya EV diseluruh kota ini merupakan visi dari FLO sendiri, di mana mereka beranggapan bahwa pengisi daya harus tersedia saat dibutuhkan. 

"Setiap stasiun pengisian daya adalah janji. Pengisi daya harus selalu tersedia saat dibutuhkan, dan itulah sebabnya kami berkomitmen untuk memberikan tingkat waktu kerja terdepan di industri, di mana tujuan kami adalah untuk mencapai waktu aktif 98%," kata Martin Briere, Chief Network and Experience Officer di FLO yang dikutip dari InsideEVs

FLO percaya bahwa pengisian daya di tepi jalan merupakan elemen penting dalam membuat kendaraan listrik dapat diakses oleh semua orang, di mana saja.

Saat ini FLO memiliki lebih dari 65.000 stasiun pengisian daya di jaringannya. Ketika stasiun pertama dipasang di NYC, ada 15.000 kendaraan listrik terdaftar di NYC, tetapi hanya ada 1.400 stasiun Level 2 yang sebagian besar berada di garasi parkir Manhattan. 

Pengisi daya FLO dapat memberikan biaya 80 persen dalam waktu sekitar empat hingga delapan jam, tergantung pada kendaraannya.

Dengan kemampuan tersebut, FLO mengenakan biaya 2,50 dolar AS (Rp38 ribu) per jam antara pukul 6 pagi dan 9 malam, dan turun menjadi 1,00 dolar AS (Rp15 ribu) per jam dalam semalam. 

Sebuah studi tahun 2018 oleh Institut Penelitian Transportasi Universitas Michigan menemukan bahwa biaya rata-rata untuk bahan bakar mobil listrik lebih murah dibandingkan dengan kendaraan bertenaga gas yaitu dengan 485 dolar AS (Rp7,4 juta) per tahun, dibandingkan dengan 1.117 dolar AS (Rp17 juta).