Bagikan:

JAKARTA - Produsen mobil Stellantis telah menandatangani perjanjian awal yang tidak mengikat dengan GME Resources  untuk mengamankan pasokan nikel dan kobalt sulfat untuk baterai kendaraan listrik (EV). Hal ini dijelaskan oleh kedua perusahaan pada Senin, 10 Oktober.

Kesepakatan itu menandai langkah lebih lanjut oleh pembuat mobil terbesar keempat di dunia untuk mengunci pasokan logam yang dibutuhkan untuk baterai yang menggerakkan mobil EV, menjelang lonjakan permintaan global yang diperkirakan terjadi karena transisi menuju mobilitas yang lebih bersih memperoleh daya tarik dari warga masyarakat.

Awal tahun ini grup Prancis-Italia itu menandatangani perjanjian pasokan lithium dengan pengembang Vulcan Energy Resources dan mengatakan akan menginvestasikan 50 juta euro (Rp 744,5 miliar) untuk membeli 8% saham di dalamnya.

Stellantis dan perusahaan pertambangan GME mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa memorandum itu "merupakan langkah pertama menuju kemitraan jangka panjang yang potensial,". Sayang rincian keuangan tidak diungkapkan.

Pasokan akan datang dari proyek penambangan lanjutan nikel dan kobalt di Australia Barat yang disebut "NiWest", yang saat ini sedang dikembangkan GME, dengan rencana produksi sekitar 90.000 ton nikel dan kobalt sulfat tingkat baterai per tahun. “Sebuah studi kelayakan untuk NiWest akan dimulai bulan ini,” kata perusahaan tersebut, seperti dikutip Reuters.

Chief Purchasing and Supply Chain Officer Stellantis, Maxime Picat, mengatakan bahwa mengamankan sumber bahan baku dan pasokan baterai akan memperkuat rantai nilai grup ini untuk produksi EV dan mendukung target dekarbonisasinya.

Stellantis, pemilik merek ternama seperti Jeep, Peugeot, Fiat, Citroen, Maserati dan Opel, telah berjanji untuk membuat 100% dari penjualannya di Eropa dan 50% dari penjualannya di AS adalah kendaraan listrik baterai pada tahun 2030.