JAKARTA - Pemerintah Jepang telah merencanakan kolaborasi yang inovatif dengan beberapa negara di Afrika guna mengamankan pasokan bahan baku baterai yang penting dalam perjalanan menuju elektrifikasi. Langkah ini ditujukan untuk memastikan material seperti kobalt dan lithium yang krusial dalam produksi kendaraan listrik.
Menurut laporan dari Nikkei Asia pada Rabu, 2 Agustus, negara-negara yang termasuk dalam rencana kerja sama ini adalah Zambia, Republik Kongo, dan Namibia.
Rencana kerjasama ini telah dirancang secara matang oleh Jepang, dan diharapkan akan dimulai tahun ini. Melalui proyek ini, pemerintah Jepang berupaya untuk menggali potensi ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya mineral yang penting.
Japan Organization for Metals and Energy Security (Jogmec) akan menggandeng Zambia dalam nota kesepahaman. Selanjutnya, Jogmec akan merumuskan rencana kerja bersama Republik Kongo dan Namibia, berdasarkan kesepakatan awal yang telah dicapai.
Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, Yasutoshi Nishimura, juga turut mengambil peran penting dalam langkah ini. Ia berencana akan mengunjungi tiga negara Afrika, termasuk Angola dan Madagaskar, dalam rangkaian kunjungan selama delapan hari pada bulan Agustus ini.
Meski langkah ini diawali oleh pemerintah, tetapi akan berdampak besar pada investasi swasta. Selama ini, perusahaan swasta enggan terlibat dalam proyek seperti ini karena memerlukan modal yang besar dan menghadapi risiko yang cukup signifikan.
Langkah ini diharapkan akan membantu mengembangkan sumber daya di Afrika dan merangsang minat investasi dari sektor swasta. Jepang dan Namibia bersama-sama akan menjelajahi wilayah Afrika guna mencari bahan mineral penting seperti kobalt, tembaga, dan nikel.
Tidak hanya fokus pada material kobalt, Republik Kongo memiliki potensi kandungan tinggi tembaga dan lithium. Negara ini juga menjadi pemain kunci dengan menguasai hingga 70 persen pasokan global kobalt.
BACA JUGA:
Jepang kini aktif terlibat dalam pengembangan tambang di Afrika sebagai bagian dari langkah awal untuk memastikan pasokan sumber daya mineral yang diperlukan. Kebutuhan akan bahan baku seperti kobalt dan nikel semakin tinggi seiring percepatan produksi kendaraan listrik yang semakin meningkat. Saat ini, pasar kendaraan listrik banyak dikuasai oleh negara seperti China.