JAKARTA – Proof-of-Stake (PoS) menjadi semakin populer di kalangan komunitas kripto bersamaan dengan upaya Ethereum (ETH) yang akan melakukan transisi dari Proof-of-Work (PoW) ke PoS. Sebagaimana diketahui, Ethereum akan menjalankan peralihannya dalam fase The Merge. Lalu apa itu Proof-of-Stake (PoS) dalam mata uang kripto?
Dalam artikel ini VOI.id akan memaparkan pengertian Proof-of-Stake, cara kerja, dan perbedaannya dengan Proof-of-Work. Sebelum Ethereum, mata uang kripto lain seperti Solana (SOL), Cardano (ADA) dan lainnya sudah terlebih dahulu menggunakan mekanisme konsensus PoS ini. Namun, pemberitaan mengenai Proof-of-Stake kian banter setelah mata uang kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, Ethereum, akan beralih ke PoS.
Pengertian Proof-of-Stake
Melansir Coindesk, Proof-of-stake (PoS) adalah mekanisme konsensus yang digunakan dalam blockchain untuk memverifikasi dan memvalidasi transaksi cryptocurrency.
Blockchain adalah buku besar digital terdesentralisasi. Blockchain sendiri tidak diatur oleh perantara atau otoritas terpusat seperti Sistem Federal Reserve. Sebaliknya, blockchain terdiri dari jaringan global sistem komputer yang disebut node yang memverifikasi dan memvalidasi transaksi.
PoS diklaim lebih ramah lingkungan ketimbang PoW. Pasalnya, dalam PoS tidak memungkinkan aktivitas penambangan dengan menggunakan perangkat komputasi berdaya tinggi sebagaimana PoW. Sebagai gantinya, PoS menghadirkan sistem staking, di mana pemilik koin dapat mengunci kepemilikannya dalam jangka waktu tertentu untuk mendapatkan imbalan berupa mata uang kripto.
Sebagaimana yang disebutkan di atas, peserta yang mengunci atau mempertaruhkan kepemilikannya akan disebut sebagai validator. Pasalnya, koin yang dipertaruhkan akan digunakan untuk memvalidasi transaksi yang terjadi dalam jaringan.
BACA JUGA:
Pengertian Mekanisme Konsensus
Di atas sudah disebutkan bahwa, Proof-of-Stake adalah mekanisme konsensus. Sementara Proof-of-Work juga sama. Konsensus adalah kesepakatan umum menuju seperangkat pedoman, pendapat, atau prinsip. Demikian pula, mekanisme konsensus adalah protokol yang merupakan seperangkat aturan atau kebijakan yang dipatuhi blockchain saat memverifikasi dan memvalidasi transaksi cryptocurrency.
Mekanisme konsensus memastikan setiap transaksi dalam blockchain tercatat dan setiap node di jaringan blockchain memiliki akses ke salinan yang berisi transaksi yang diverifikasi sesuai dengan mekanismenya.
Cara Kerja Proof-of-Stake
Blockchain tidak dikendalikan oleh otoritas manapun, karenanya ia terdesentralisasi dan tidak terpusat. Oleh sebab itu, harus ada pendekatan untuk mencapai konsensus terkait legitimasi transaksi kripto. Jika tidak begitu, blockchain dapat mengalami hal yang tidak diinginkan, termasuk pengeluaran ganda, dan transaksi palsu.
Blockchain dengan mekanisme konsensus PoS mengharuskan node mereka untuk “mempertaruhkan” atau “mengunci” cryptocurrency untuk jangka waktu tertentu. Sebagai imbalannya, node ini mendapatkan kesempatan untuk menjadi “validator,” yang merupakan node terpilih yang menghasilkan blok baru untuk blockchain dan menerima cryptocurrency asli sebagai hadiah. Semakin besar jumlah mata uang kripto yang dipertaruhkan maka semakin besar peluang untuk dipilih sebagai validator. Sistem PoS memiliki kerangka kerja yang mengamankan jaringan jika validator mulai bertindak mencurigakan atau terlibat dalam aktivitas penipuan.
Perbedaan Proof-of-Stake dan Proof-of-Work
PoS tidak menggunakan perangkat komputasi tinggi, karenanya PoS diklaim tidak boros energi dan lebih ramah lingkungan. PoS menjadi opsi yang lebih layak sebagai mekanisme konsensus. Blockchain berkemampuan PoW mengandalkan penambang untuk mengikuti protokol dan tidak melanggar aturan konsensus.
Secara teori, PoS memperkuat pertahanan blockchain terhadap “51% serangan” sejenis peretasan di mana penyerang merebut kendali lebih dari setengah blockchain. Peretas yang berhasil menguasai blockchain dapat menghambat transaksi, membelanjakan cryptocurrency dua kali lipat, dan membuat salinan jaringan alternatif.
Sementara konsensus Proof-of-Work atau PoW memungkinkan penambangan atau mining. Bitcoin masih menggunakan mekanisme konsensus Proof-of-Work. Karenya, ia dapat ditambang dengan menggunakan perangkat komputer berdaya tinggi. Semakin banyak perangkat komputasi untuk penambangan, maka semakin besar pula konsumsi listrik yang digunakan.
Langkah revolusioner diambil oleh kripto nomor dua setelah Bitcoin, yakni Ethereum. Pengembang Ethereum berencana melakukan peralihan dari Proof-of-Work ke Proof-of-Stake dalam beberapa waktu mendatang.