JAKARTA - Pemilik Facebook, Meta Platforms Inc., diperkirakan akan melaporkan pertumbuhan pendapatan iklan kuartalan paling lambat dalam satu dekade terakhir pada hari Rabu. Pertumbuhan iklan yang melambat ini dikarenakan dunia usaha menarik kembali pengeluaran iklan mereka karena melonjaknya inflasi di seluruh dunia dan perang di Ukraina.
Anggaran periklanan dan pemasaran global akan semakin tertekan jika krisis Ukraina berlanjut dalam beberapa bulan mendatang. Sementara beberapa analis memperkirakan bahwa Meta juga akan mengeluarkan perkiraan “hangat” untuk kuartal saat ini.
Menurut data Refinitiv, pendapatan iklan Meta diperkirakan hanya tumbuh 8,7% pada kuartal pertama. Angka ini disebut paling lambat sejak 2012, ketika perusahaan tersebut mulai go public.
Analis Wall Street juga mengatakan Facebook bisa kehilangan cengkeramannya di pasar iklan global, bahkan ketika belanja iklan digital kini sudah melampaui metode iklan tradisional.
"Prediksi Meta untuk perlambatan dapat dibaca sebagai pengurangan potensi merek Facebook juga," kata analis Hargreaves Lansdown, Sophie Lund-Yates, seperti dikutip Reuters.
Meta telah kehilangan hampir setengah nilai pasarnya sejak 2 Februari, ketika melaporkan penurunan pengguna aktif harian Facebook untuk pertama kalinya. Mereka juga memperkirakan kuartal yang suram bagi bisnis mereka
BACA JUGA:
Sementara Alphabet Inc, induk dari Google, juga memberikan isyarat pada Selasa, 26 April bahwa perang di Ukraina juga telah memperlambat penjualan iklan di YouTube. Saingan mereka, Snap Inc juga memperingatkan bahwa inflasi, kekurangan tenaga kerja dan tantangan ekonomi lainnya dapat menekan pendapatan iklan.
Saat ini bukan masa yang ideal bagi perusahaan teknologi yang bergantung pada pendapatan iklan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Pasalnya mereka juga bergulat dengan perubahan kebijakan di App Store Apple dan meningkatnya persaingan untuk merebut iklan dari perusahaan seperti TikTok.
"Biaya untuk mendapatkan pelanggan di saluran digital seperti Facebook telah meningkat sementara kemampuan untuk menargetkan pelanggan telah menurun," kata Mitchell Olsen, asisten profesor pemasaran di Universitas Notre Dame.
Menurut Olsen, akibatnya, banyak manajer merek mengurangi eksposur mereka ke Facebook dan mengalokasikan dana iklan mereka di berbagai platform.