JAKARTA - Dewan Direksi Twitter telah mengeluarkan "rencana hak pemegang saham" baru untuk memblokir tawaran pembelian yang diusulkan oleh Elon Musk pekan lalu. Rencana ini adalah sebuah kemunduran besar bagi upaya pemilik Tesla itu untuk mengambil kendali keuangan penuh atas Twitter.
Rencana tersebut diadopsi “mengikuti proposal yang tidak diminta dan tidak mengikat untuk mengakuisisi Twitter.” Dewan direksi Twitter menyatakan hal ini dalam siaran pers yang mengumumkan perubahan yang mereka buat.
Manuver ini, yang dikenal di dunia keuangan sebagai pil racun (poison pill), dilakukan guna menghalangi pengambilalihan yang tidak bersahabat dengan memberikan hak kepada pemegang saham tertentu untuk membeli lebih banyak saham jika orang luar mencoba untuk mengambil alih kendali.
Rencana tersebut dengan kuat menunjukkan bahwa dewan Twitter bermaksud untuk melawan tawaran Musk untuk mengambil alih kepemilikan perusahaan, seperti yang dilaporkan sebelumnya. Sementara CEO Twitter, Parag Agrawal, sudah mengatakan kepada karyawan bahwa perusahaan masih mengevaluasi tawaran Musk tersebut.
Dewan juga merinci rencana tersebut dalam pengajuan ke Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS, meskipun pengajuan itu tidak muncul pada saat pertemuan pers. Namun rencana tersebut akan tetap berlaku selama satu tahun.
Pada 4 April, pengajuan SEC mengungkapkan bahwa Musk telah mengumpulkan 9 persen saham di Twitter, dan telah menjadi pemegang saham individu terbesar perusahaan micro blogging itu.
Musk kemudian menerima tawaran dan tiba-tiba mundur dari kursi di dewan perusahaan. Sebagai anggota dewan, Musk akan dibatasi untuk memperoleh lebih dari 15 persen saham kepemilikan. Kemudian, kemarin, Musk mengajukan kepada SEC tawarannya untuk mengambil alih perusahaan secara penuh.
Musk mengkritik kemungkinan tindakan dewan terhadap kesepakatan kemarin, dengan mengatakan "akan sangat tidak dapat dipertahankan untuk tidak mengajukan tawaran ini kepada suara pemegang saham."
BACA JUGA:
Musk juga mengatakan dalam pengajuan SEC di mana dia mengumumkan tawaran pengambilalihan yang tidak bersahabat untuk Twitter bahwa dia "perlu mempertimbangkan kembali posisinya sebagai pemegang saham" jika tawarannya untuk mengakuisisi tidak berhasil.
Musk belum mengartikulasikan rencananya untuk Twitter, tetapi secara luas diyakini melibatkan pelonggaran kebijakan moderasi platform, yang telah menjadi sumber konflik di Twitter dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam sebuah wawancara di konferensi TED di Vancouver, Musk mengatakan motivasi utamanya adalah untuk mempertahankan posisi Twitter sebagai platform kebebasan berbicara. "Twitter telah menjadi semacam alun-alun kota de facto," kata Musk kepada khalayak yang hadir. “Perasaan intuitif saya yang kuat adalah bahwa memiliki platform publik yang dapat dipercaya secara maksimal dan inklusif secara luas adalah sangat penting.”