Teleskop Hubble Tangkap Gambar Galaksi Spiral Mirip Ular
Teleskop Luar Angkasa Hubble menangkap gambar galaksi yang memiliki lengan spiral seperti ular. (foto: Dok. ESA/Hubble & NASA)

Bagikan:

JAKARTA - Teleskop Luar Angkasa Hubble kembali unjuk gigi dengan berhasil menangkap gambar galaksi yang memiliki lengan spiral seperti ular sedang berkelok-kelok.

Galaksi yang dikenal sebagai NGC 5921 ini terletak 80 juta tahun cahaya jauhnya, tepat di konstelasi Serpens, atau The Snake di belahan langit utara.

Serpens adalah satu-satunya dari 88 rasi bintang modern dengan dua wilayah yang tidak terhubung, Serpens Caput (Kepala Ular) dan Serpens Cauda (Ekor Ular). Ophiuchus, Pembawa Ular, memisahkan kedua wilayah ini.

Lebih lanjut, Galaksi NGC 5921 merupakan jenis galaksi spiral berpalang, seperti Bima Sakti. Bilah mengacu pada strip cahaya terang di pusat galaksi, yang merupakan wilayah debu dan gas tempat banyak bintang lahir, itulah sebabnya mengapa ia bersinar terang.

Sekitar setengah dari galaksi yang diketahui memiliki batang, dan para peneliti berpikir bahwa mereka berkembang seiring bertambahnya usia galaksi dan debu serta gas tertarik ke pusatnya oleh gravitasi.

Melansir laman resmi NASA, Senin, 11 April, gambar itu diambil sebagai bagian dari studi Hubble tentang bagaimana lubang hitam supermasif di jantung galaksi berhubungan dengan bintang-bintang di dalamnya.

Hubble menggunakan instrumen Wide Field Camera 3 untuk mengambil gambar, dikombinasikan dengan data dari Gemini Observatory yang berbasis di darat.

“Kedua teleskop membantu para astronom lebih memahami hubungan antara galaksi seperti NGC 5921 dan lubang hitam supermasif yang dikandungnya,” ujar ilmuwan Hubble.

“Kontribusi Hubble menentukan massa bintang di galaksi. Hubble juga melakukan pengukuran yang membantu mengkalibrasi pengamatan dari Gemini. Bersama-sama, Hubble dan Gemini memberi para astronom sensus lubang hitam supermasif terdekat di berbagai galaksi," sambungnya.

Hubble dan Gemini telah bekerja sama sebelumnya di masa lalu, seperti ketika pengamatan dari kedua teleskop digabungkan dengan data dari pesawat ruang angkasa Juno NASA untuk mempelajari lebih lanjut tentang atmosfer kompleks Jupiter.