Bagikan:

JAKARTA – Microsoft Corp membeli pembuat gim "Call of Duty", Activision Blizzard, seharga 68,7 miliar dolar AS (Rp 986 triliun) yang menjadi kesepakatan industri gim terbesar dalam sejarah. Ini terjadi saat raksasa teknologi global itu mempertaruhkan klaim mereka untuk menjadi penguasa masa depan virtual.

Kesepakatan tunai yang diumumkan oleh Microsoft pada Selasa, 18 Januari itu adalah akuisisi terbesar yang pernah ada di dunia gim. Akuisisi ini akan meningkatkan daya tembaknya di pasar videogaming yang sedang booming, di mana saat ini dikuasai oleh sang pemimpin, Tencent dan Sony.

Ini juga mewakili pertaruhan multinasional Amerika Serikat pada "metaverse", dunia online virtual di mana orang dapat bekerja, bermain, dan bersosialisasi, seperti yang sudah dilakukan oleh banyak pesaing terbesarnya.

"Game adalah kategori hiburan paling dinamis dan menarik di semua platform saat ini dan akan memainkan peran kunci dalam pengembangan platform metaverse," kata Kepala Eksekutif Microsoft, Satya Nadella, yang dikutip oleh Reuters.

Tawaran Microsoft sebesar 95 dolar AS per saham mewakili premi 45% untuk penutupan saham Activision  pada Jumat lalu. Saham Activision kala itu berada di 83,35 dolar AS per lembar pada awal perdagangan.

Kesepakatan itu datang pada saat Activision, pembuat game seperti "Overwatch" dan "Candy Crush", tengah limbung. Sahamnya telah merosot lebih dari 37% sejak mencapai rekor tertinggi pada tahun lalu, karena dilanda tuduhan pelecehan seksual terhadap karyawan dan perilaku tidak senonoh oleh beberapa manajer puncak. Uniknya di Microsoft, juga mengalami tuduhan serupa. Klop!

Perusahaan tersebut masih menangani tuduhan tersebut dan mengatakan pada Senin, 17 Januari, bahwa mereka telah memecat atau mendorong lebih dari tiga lusin karyawan dan mendisiplinkan 40 lainnya sejak Juli lalu.

CEO Activision, Bobby Kotick, yang mengatakan Microsoft telah menjangkau mereka untuk kemungkinan pembelian, dan ia akan terus menjadi CEO Activision setelah kesepakatan itu terjadi.

Dalam konferensi dengan para analis, bos Microsoft Nadella tidak secara langsung merujuk pada skandal itu tetapi berbicara tentang pentingnya budaya di perusahaan mereka.

"Sangat penting bagi Activision Blizzard untuk mendorong komitmen budaya yang diperbarui," katanya, seraya menambahkan "keberhasilan akuisisi ini akan bergantung padanya."

Pasar gim global bernilai  173,70 miliar dolar AS (Rp 2,4 kuadraliun) pada tahun 2021, dan diperkirakan akan mencapai 314,40 miliar dolar AS (Rp 4,5 kuadraliun) pada tahun 2027, menurut perusahaan riset Mordor Intelligence. Ini tentu “kue besar” yang sangat menggiurkan bagi raksasa teknologi seperti Microsoft.

Microsoft sudah dapat mengklaim tempat berpijak yang signifikan di dunia gim sebagai salah satu dari tiga pembuat konsol besar. Itu telah membuat investasi besar termasuk pembuat "Minecraft" Mojang Studios dan Zenimax dalam kesepakatan multi-miliar dolar dalam beberapa tahun terakhir. Ini juga telah meluncurkan layanan game cloud populer, yang memiliki lebih dari 25 juta pelanggan.

Para eksekutif membicarakan 400 juta pengguna aktif bulanan Activision sebagai salah satu daya tarik utama kesepakatan dan betapa pentingnya komunitas ini dapat bermain dalam berbagai permainan metaverse Microsoft di masa depan.

Pustaka gim Activision dapat memberi platform game Xbox Microsoft keunggulan dibandingkan Playstation Sony, yang selama bertahun-tahun menikmati aliran gim eksklusif yang lebih stabil.

"Orang-orang seperti Netflix telah mengatakan bahwa mereka ingin terjun ke dalam gim sendiri, tetapi Microsoft telah keluar dengan tawaran yang agak murah hati pada hari ini, yang akan menjadikan Microsoft sebagai perusahaan gim terbesar ketiga di dunia," kata Sophie Lund-Yates, analis ekuitas di Hargreaves Lansdown.

Perusahaan teknologi dari Microsoft hingga Nvidia telah menempatkan pertaruhan besar pada apa yang disebut metaverse, dengan desas-desus di sekitarnya meningkat akhir tahun lalu setelah Facebook mengubah namanya menjadi Meta Platform untuk mencerminkan fokusnya pada bisnis realitas virtualnya.

"Ini adalah kesepakatan yang signifikan untuk sisi konsumen bisnis dan yang lebih penting, Microsoft mengakuisisi Activision benar-benar memulai “perlombaan senjata” di metaverse," kata David Wagner, Analis Ekuitas dan Manajer Portofolio di Aptus Capital Advisors.

"Kami percaya kesepakatan itu akan selesai," katanya, tetapi ia juga memperingatkan  bahwa ini akan mendapat banyak sorotan dari sudut pandang peraturan.

Menurut Andre Barlow dari firma hukum Doyle, Barlow & Mazard PLLC, anggota parlemen di Capitol Hill, yang sedang mempertimbangkan daftar panjang undang-undang antimonopoli yang ditujukan untuk mengekang perusahaan Big Tech seperti Google dan Facebook, akan skeptis terhadap transaksi ini. "Microsoft sudah besar dalam gim," kata Barlow.