Drama Microsoft, Activision dan Sony, Sebenarnya Ada Apa?
Apa yang sebenarnya terjadi terhadap akuisisi Microsoft terhadap Activision Blizzard (foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Drama akuisisi Microsoft terhadap Activision Blizzard belum kunjung usai. Terlebih lagi ketika Sony merasa keberatan dengan rencana akuisisi oleh Microsoft tersebut.

Pada awal tahun 2022, Microsoft mengumumkan akuisisi terbesarnya terhadap Activision Blizzard seharga 68,7 miliar dolar AS atau sekitar hampir Rp1.000 triliun, dan hendak untuk berbenah besar-besaran setelah akuisisinya rampung, lantaran lingkungan kerja Activision sedang ada masalah.

Proses akuisisi ini diperkirakan akan rampung pada tahun 2023. Namun, di tengah jalan, Microsoft mengalami hambatan karena adanya laporan keberatan dari Sony kepada badan anti monopoli di Inggris.

Menurut Microsoft, badan anti monopoli Inggris terlalu percaya pada klaim keberatan Sony mengenai akuisisi ini, terutama kekhawatirannya terhadap gim Call of Duty yang selama ini menjadi gim andalan di PlayStation.

Menurut Sony, Microsoft bisa memanfaatkan kekuasaannya terhadap gim tersebut. Karena, rencananya, setelah merampungkan akuisisi ini Microsoft berencana untuk menjadikan gim Blizzard termasuk Call of Duty dan World of Warcraft menjadi gim eksklusif di Xbox.

Menurut Competition and Markets Authority (CMA), akuisisi Activision Blizzard bisa merusak industri gim apabila Microsoft menolak memberikan akses gim tersebut pada pesaing mereka, dan dianggap membahayakan persaingan konsol gim lainnya.

"Kami khawatir Microsoft bisa menggunakan kontrolnya atas gim populer seperti Call of Duty dan World of Warcraft pasca-merger untuk merugikan saingan, termasuk pesaing baru dan yang akan datang dalam layanan berlangganan multi game dan cloud gaming," kata CMA.

Menanggapi klaim tersebut, Presiden Microsoft Brad Smith mengatakan masih akan memberikan Sony akses terhadap Call of Duty. Bulan lalu, Microsoft bahkan memberikan penawaran 10 tahun kepada Sony untuk  tetap menghadirkan Call of Duty di PlayStation.

“Sony telah muncul sebagai penentang [akuisisi] yang paling keras. Risiko anti-persaingan potensial utama yang dimunculkan Sony adalah bahwa Microsoft akan berhenti membuat Call of Duty tersedia di PlayStation. Tapi itu akan menjadi tidak rasional secara ekonomi," kata Smith, mengutip VGC.

Sementara itu, kabar terakhir datang dari Komisi Perdagangan Federal (FTC) yang sedang berusaha memblokir jalan terhadap akuisisi Microsoft terhadap pengembang gim Call of Duty, Activision Blizzard karena dianggap terlalu menekan pesaingnya.

“Microsoft telah menunjukkan bahwa mereka dapat dan akan menahan konten dari para pesaing gim-nya. Hari ini kami berusaha menghentikan Microsoft untuk mendapatkan kendali atas studio gim independen terkemuka dan menggunakannya untuk merusak persaingan di berbagai pasar game yang dinamis dan berkembang pesat," kata Holly Vedova, Direktur Biro Persaingan FTC pada 9 Desember.

Kelanjutan tentang proses dan halangan yang terjadi terkait akuisisi Microsoft terhadap Activision masih terus berlanjut. VOI akan segera memperbarui masalah ini ketika sudah ada yang baru.