Bagikan:

JAKARTA - China kembali mencetak sejarah dengan berhasil menemukan air di Bulan. Penemuan ini dilakukan  oleh pendarat Chang'e 5 saat berada di lokasi pendaratannya secara langsung.

Menurut laporan, Chang'e 5 menemukan air di lokasi pendaratannya dekat Oceanus Procellarum di sisi dekat Bulan, dengan menggunakan instrumen yang mendeteksi air untuk menentukan pengukuran reflektansi spektral regolith (tanah) dan batuan.

Namun, sejatinya air pertama kali terdeteksi di Bulan dari orbit (bukan secara langsung), oleh misi Chandrayaan-1 India menggunakan instrumen Moon Mineralogy Mapper milik NASA, dengan mengikuti beberapa deteksi tentatif sebelumnya oleh misi dan teleskop lain.

Temuan Chandrayaan-1 diumumkan pada September 2009, dan sejak itu air telah dipetakan secara luas dari orbit oleh misi seperti Lunar Reconnaissance Orbiter NASA, yang telah beroperasi di Bulan sejak 2009.

Meski begitu, hanya Chang'e 5 yang menemukan air secara langsung di sana, tidak ada misi Bulan sebelumnya yang menemukan air secara langsung di permukaan Bulan. Astronot Apollo pada 1970-an sebenarnya membawa pulang sampel yang mengandung air, tetapi tidak terdeteksi sampai beberapa dekade kemudian di laboratorium, setelah peralatan diperbaiki.

Bagaimana Chang'e 5 Menemukan Air di Bulan?

Air memiliki ciri khas spektral yang diharapkan terlihat dalam pengukuran dari spektrometer mineralogi Bulan milik Chang'e 5, yang dirancang untuk mencari air. Tetapi, pendarat menghadapi panas yang hebat di permukaan Bulan, akibatnya mengaburkan pengukuran.

Tak menyerah, kemudian para peneliti China menggunakan model koreksi termal untuk memperhitungkan panas dan lalu melihat tanda air muncul pada 2,85 mikrometer. Air yang ditemukan tidak banyak, sekitar 120 bagian per juta di regolith dan 180 bagian per juta di batu ringan.

Hasilnya, dikonfirmasi dengan sampel regolith Bulan bahwa Chang'e 5 kembali ke Bumi pada Desember 2020, menjadikannya probe pertama yang membawa kembali material dari Bulan sejak Luna 24 pada 1976. Dan kini telah menjadi bukti adanya air di Bulan.

"(Proporsi air) ini konsisten dengan analisis awal sampel Chang'e 5 yang dikembalikan," ungkap peneliti dalam keterangan resminya yang dikutip dari Space, Kamis, 13 Januari.

Air permukaan dikaitkan dengan deposisi dari angin Matahari, yakni aliran konstan partikel bermuatan yang berasal dari Matahari. Menganalisis komposisi batu dan membandingkannya dengan penginderaan jauh dari orbit menunjukkan bahwa batu itu mungkin telah digali dari unit basaltik yang lebih tua dan dikeluarkan ke lokasi pendaratan Chang'e 5.

"Oleh karena itu, kadar air yang lebih rendah dari tanah, dibandingkan dengan kandungan air yang lebih tinggi dari fragmen batuan, menunjukkan bahwa degassing reservoir mantel di bawah lokasi pendaratan Chang'e 5 terjadi," ujar peneliti.

Penemuan permukaan air juga diduga dibawa oleh letusan gunung berapi di wilayah Procellarum, yang membawa kalium, unsur tanah jarang dan fosfor, kombinasi bahan yang disingkat KREEP.

Sebagai informasi, studi Chang'e 5 yang baru ini dipimpin bersama oleh peneliti Honglei Lin dan Yangtin Lin dari Institut Geologi dan Geofisika di Akademi Ilmu Pengetahuan China. Penelitian peer-review ini diterbitkan dalam jurnal Science Advances pada Jumat, 7 Januari lalu.

China telah meluncurkan beberapa misi ke Bulan yang sukses dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Chang'e 4, yang melewati 1.000 hari di sisi jauh Bulan (misi pertama yang mendarat di sana) pada November 2020. Negara tersebut berencana untuk mengirim Chang'e 6 untuk mengumpulkan sampel dari sisi jauh Bulan pada tahun 2024.