Tak Hanya Andalkan SpaceX, NASA Cari Perusahaan Lain untuk Buat Pendarat di Bulan
NASA membuka kesempatan vendor lain untuk buat pesawat pendarat di Bulan. (foto: Dok. NASA)

Bagikan:

JAKARTA - Sebentar lagi NASA akan membawa astronot ke Bulan untuk pertama kalinya sejak misi Apollo 17 pada 1972. Akan tetapi sepertinya badan antariksa tersebut tak hanya mengandalkan SpaceX sebagai kendaraan pendarat di Bulan.

NASA ingin perusahaan lain, di luar SpaceX milik Elon Musk, untuk mengajukan kendaraan pendarat Bulan baru pada proyek Artemis-nya. Proyek ini bertujuan untuk menempatkan manusia di permukaan bulan lagi.

"Di bawah pendekatan baru ini, NASA meminta perusahaan Amerika Serikat (AS) untuk mengusulkan konsep pendarat yang mampu mengangkut astronot antara orbit bulan dan permukaan bulan. Ini untuk misi di luar Artemis III, yang akan mendaratkan astronot pertama di Bulan dalam lebih dari 50 tahun," kata NASA.

Artemis adalah upaya berkelanjutan NASA untuk menghidupkan kembali rencana manusia pergi ke Bulan. Tujuannya adalah untuk penemuan ilmiah, manfaat ekonomi, dan inspirasi bagi generasi penjelajah baru. NASA pernah sukses mendaratkan manusia ke Bulan dalam misi Apollo setengah abad lalu.

Pesawat ini dinamai Artemis, yang merupakan saudara kembar Apollo dalam mitologi Yunani. Proyek ini membantu NASA membangun eksplorasi jangka panjang di Bulan sebagai pendahulu misi manusia ke Mars. NASA berencana untuk menghabiskan sekitar 100 miliar dolar AS atau setara Rp1,4 kuadriliun untuk proyek Artemis.

Sekarang, NASA akan meminta semua perusahaan sektor swasta untuk mengusulkan konsep pendarat Bulan, daripada membuatnya sendiri atau hanya mengandalkan SpaceX.

"Strategi ini mempercepat kemajuan menuju kemampuan pendarat jangka panjang yang berkelanjutan pada awal 2026 atau 2027," ujar Manajer Program untuk Program Sistem Pendaratan Manusia NASA, Lisa Watson-Morgan.

"Kami berharap ada dua perusahaan yang membawa astronot dengan aman di pesawat pendarat mereka ke permukaan bulan di bawah bimbingan NASA, sebelum kami meminta layanan, yang dapat menghasilkan banyak penyedia berpengalaman di pasar," tambahnya.

Melansir ZDNet, Jumat, 25 Maret, menurut Lisa, NASA ingin pendarat baru dapat berlabuh ke stasiun ruang angkasa yang mengorbit bulan yang disebut Gateway. Ini untuk meningkatkan kapasitas kru, dan mengangkut lebih banyak penelitian dan teknologi ke permukaan bulan.

Sebenarnya, NASA sudah memiliki kontrak senilai 2,9 miliar dolar AS atau setara Rp41,6 triliun dengan SpaceX untuk membangun peluncur bulan tetapi pekerjaan itu sekarang terbuka untuk semua perusahaan AS lainnya.

Melihat kesempatan ini kemungkinan besar perusahaan perjalanan luar angkasa milik pendiri Amazon Jeff Bezos, Blue Origin, akan kembali mengajukan penawarannya. Sebelumnya mereka pernah ditolak NASA, namun kini kesempatan itu terbuka lagi untuk sepotong proyek pendarat di Bulan.

"Blue Origin sangat senang bahwa NASA menciptakan persaingan dengan pengadaan sistem pendaratan manusia kedua di bulan," ungkap juru bicara Blue Origin kepada CNET.

"Blue Origin siap bersaing dan tetap berkomitmen tinggi untuk kesuksesan Artemis. Kami akan terus bekerja sama dengan NASA untuk mencapai tujuan Amerika Serikat untuk kembali ke Bulan sesegera mungkin," imbuhnya.

Awal bulan ini NASA telah membawa pesawat ruang angkasa Orion yang besar ke landasan peluncuran di Kennedy Space Center dalam persiapan untuk lepas landas. Orion adalah kendaraan yang “buas”, berukuran panjang 322 kaki atau 98 meter dengan berat 3,5 juta pound atau 1587 ton.