Bagikan:

JAKARTA - National Aeronautics and Space Administration (NASA) sepertinya tidak dapat menjalankan misi ke Bulan pada 2024. Misi yang dijuluki Artemis ini akan mundur setahun dari jadwal.

Saat Donald Trump masih menjabat Presiden Amerika Serikat (AS), ia sudah menetapkan jadwal peluncuran proyek Artemis pada 2024. Namun sepertinya itu tidak akan terjadi, dan dijadwalkan kembali pada 2025 mendatang.

"Target Trump 2024 bukanlah tujuan yang benar-benar layak secara teknis. Kami (sekarang) memperkirakan tidak lebih awal dari 2025," ungkap Administrator NASA, Bill Nelson.

Target itu baru-baru ini menjadi lebih menantang, karena NASA mengalami penundaan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 dan gugatan yang diajukan oleh Blue Origin, menghentikan pengembangan pada sistem pendaratan yang akan digunakan untuk pendaratan kru awal.

Mengutip Space, Rabu, 10 November, program Artemis bertujuan untuk mengembalikan manusia ke Bulan dan menciptakan kehadiran manusia yang berkelanjutan di dan sekitar permukaan Bulan, yang akan dimulai dengan mendaratkan wanita pertama dan orang kulit berwarna pertama di Bulan dekade ini.

Pada April lalu, NASA memberikan kontrak Sistem Pendaratan Manusia (HLS) untuk membangun pendarat Bulan NASA kepada SpaceX. Namun, pesaing kontrak, Blue Origin mengajukan keberatan resmi, menerbitkan surat terbuka dan akhirnya mengajukan gugatan federal terhadap NASA.

Sementara petisi ditolak, gugatan federal menghentikan semua kerja sama di pendarat Bulan sampai pada 4 November, diumumkan bahwa Blue Origin telah kalah.

Menurut Nelson, sekarang setelah gugatan ditutup, NASA akhirnya dapat bekerja dengan SpaceX kembali di pendarat Bulan-nya. Ini merupakan peralatan yang sangat penting, karena akan membawa astronot ke dan dari permukaan Bulan.

"Saya berbicara Jumat lalu dengan Gwynne Shotwell, CEO SpaceX. Kami berdua menggarisbawahi pentingnya kembali ke bulan secepat dan seaman mungkin, dan keputusan pengadilan pada hari Jumat berarti kemajuan untuk program Artemis. Tetapi tim kami masih membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengerjakan secara spesifik sebelum kami dapat melihat kerangka waktu kesiapan," jelas Nelson.

Nelson juga membagikan secara spesifik timeline peluncuran program Artemis, di mana NASA awalnya akan meluncurkan Artemis 1 pada Februari 2022, penerbangan uji pertama program yang akan meluncurkan pesawat ruang angkasa Orion di atas roket Space Launch System (SLS) pada misi tanpa awak di sekitar Bulan.

Sementara Artemis 2, penerbangan uji yang akan mengirim astronot di atas Orion mengelilingi Bulan dan kembali, akan diluncurkan sekitar Mei 2024, yang tadinya September 2023 dan Artemis 3, misi pendaratan Bulan berawak pertama dari program ini, akan diluncurkan tidak lebih awal dari tahun 2025.

Nantinya, Artemis 2 akan melakukan perjalanan lebih jauh dari yang pernah dilakukan manusia, mungkin 40.000 mil (sekitar 64.000 kilometer) di luar Bulan sebelum kembali ke Bumi.

Bukan Sekadar Peluncuran, Tapi Persaingan Antar Negara

Selain memicu persaingan antar perusahaan AS, Nelson menambahkan perlunya peningkatan anggaran dengan mempertimbangkan persaingan internasional dari China.

"Kami menghadapi program luar angkasa China yang sangat agresif dan bagus. Program luar angkasa China semakin mampu mendaratkan taikonaut China (di Bulan) jauh lebih awal dari yang diperkirakan semula," ujar Nelson.

Nelson menunjuk pada pencapaian China baru-baru ini, termasuk menempatkan modul pertama untuk stasiun luar angkasa Tiangong yang baru di orbit, mengirim astronot untuk tetap berada di stasiun itu, melanjutkan misi robot ke Bulan dan banyak lagi.

"Kami memiliki banyak alasan untuk percaya bahwa kami memiliki pesaing, pesaing yang sangat agresif, di Cina yang kembali ke bulan dengan taikonauts. Dan itu adalah posisi NASA dan saya percaya pemerintah Amerika Serikat bahwa kami ingin berada di sana pertama kali kembali ke bulan setelah lebih dari setengah abad," kata Nelson.

Melihat China, Nelson mengungkapkan bahwa tujuan Artemis tidak hanya sekadar mendaratkan manusia di Bulan, tetapi, "kami akan memajukan teknologi dan belajar dengan baik untuk hidup dan bekerja di dunia lain. Kami akan melakukan ini sambil menginspirasi generasi ilmuwan, insinyur, penjelajah, dan STEM (sains, teknologi, teknik berikutnya dan matematika) profesional generasi Artemis," tutupnya.