JAKARTA – Grup punk rock asal Rusia, Pussy Riot, berencana meluncurkan DAO untuk LBTQ+ dan artis wanita. Decentralized Autonomous Organization (DAO), adalah entitas tanpa kepemimpinan pusat. Keputusan dibuat dari bawah ke atas, dan diatur oleh komunitas yang diorganisir di sekitar seperangkat aturan tertentu yang diberlakukan pada blockchain.
Sebagai salah satu pendiri grup, Nadya Tolokonnikova, mengatakan kepada Cointelegraph, bahwa DAO akan bekerja untuk mengurangi ketidaksetaraan gender yang masih menandai di ruang nonfungible token (NFT) dan, lebih luas lagi di industri kripto.
Terlepas dari kesenjangan gender yang besar dalam kripto, menurut survei dari Agustus 2021 sekitar 60% investor kripto AS adalah pria kulit putih, maka Nadya yakin bahwa masih cukup dini bagi Pussy Riot untuk membuat dampak.
“Ruang NFT masih sangat kecil, saya merasa bahwa dengan upaya yang cukup baik Anda benar-benar dapat mengubahnya,” katanya.
Nadya sudah menggunakan basis pengikutnya untuk mempromosikan karya perempuan dan seniman LGBTQ+ dan menghubungkan mereka dengan kolektor potensial. DAO akan terus melakukannya tetapi dalam skala yang lebih besar.
BACA JUGA:
“Kami akan merekrut seluruh tim yang akan membuat materi pendidikan untuk anak perempuan yang ingin memasuki ruang tersebut,” kata Nadya.
Grup punk rock, Pussy Riot, telah mendapatkan popularitas di seluruh dunia karena penampilan provokatif dan kritiknya terhadap pemerintah Rusia.
Tahun lalu, Pussy Riot mulai menggunakan NFT untuk mengumpulkan uang untuk tujuan sosial. Pada bulan Maret 2021, video dari single musik mereka “Panic Attack” terjual dengan total 178 ETH sebagai seri NFT. Sebagian besar uang itu kemudian disumbangkan kepada korban kekerasan dalam rumah tangga.
“Saya ingin membawa komponen besar hak asasi manusia dan amal ke NFT,” kata Nadya dalam wawancaranya yang disiarkan lewat Youtube.