Bagikan:

JAKARTA - Dua negara bagian New Mexico dan Arkansas, Amerika Serikat (AS) baru saja menghadapi serangan ransomware yang memengaruhi layanan pemerintah di masing-masing daerah.

Sebuah daerah, Bernalillo County di New Mexico melaporkan bahwa mereka diserang dengan serangan ransomware yang dimulai antara tengah malam dan 5:30 pagi, pada 5 Januari.

Pejabat daerah langsung membuat seluruh sistem dan koneksi jaringan yang terdampak menjadi offline, sebagian besar bangunan juga ditutup untuk umum. Layanan darurat masih tersedia dan 911 masih beroperasi. Banyak layanan pemerintah lainnya masih tersedia melalui telepon dan secara langsung.

Menanggapi insiden tersebut, pemerintah daerah mengatakan sedang bekerja mengatasi hal ini. Juru bicara Bernalillo County, Tom Thorpe menyatakan hingga saat ini belum diketahui pasti apakah ada permintaan tebusan khusus yang dikeluarkan oleh para pelaku.

Sementara mengutip ZDNet, Jumat, 7 Januari, daerah Crawford County di Arkansas juga menghadapi serangan ransomware yang dimulai tepat sebelum tahun baru.

Hakim Crawford County, Dennis Gilstrap mengatakan serangan ransomware ditemukan di kantor County Assesor pada 27 Desember, memaksa mereka untuk mematikan server kantor.

Gilstrap menjelaskan, para pekerja IT di wilayah tersebut telah menghubungi penyedia keamanan siber mereka, Apprentice, untuk mendapatkan panduan tentang cara menangani serangan itu.

Minggu lalu, Gilstrap menyatakan operasi beberapa perkantoran mulai kembali normal, baik di kantor penilai dan kantor pajak. Namun, dia juga masih menyelidiki dan akan memakan waktu berminggu-minggu sebelum mereka mengetahui apakah informasi pribadi telah diakses oleh para penyerang.

Pakar Ransomware, Brett Callow menjelaskan meskipun lebih sedikit pemerintah daerah yang menjadi korban serangan ransomware pada tahun 2021 daripada dua tahun sebelumnya, sebanyak 77 berbanding 113 pada tahun 2020 dan 2019, itu hampir tidak dapat dianggap sebagai kemenangan.

"Fakta bahwa pemerintah daerah dipukul begitu awal di Tahun Baru sama sekali tidak mengejutkan, mengingat mereka menjadi korban serangan ransomware dengan kecepatan sekitar 1,5/minggu," ucap Callow.

"Sebenarnya 77 terlalu banyak. Ini terutama karena sekarang lebih banyak insiden yang melibatkan eksfiltrasi data, sehingga kemungkinan besar serangan ransomware terhadap pemerintah lokal akan mengakibatkan bocornya informasi sensitif secara online," imbuhnya.