JAKARTA – Pencurian cryptocurrency skala besar tetap menjadi masalah yang signifikan. Menurut Coindesk, pertukaran crypto BitMart telah kehilangan setara dengan 196 juta dolar AS (Rp 2,8 triliun) karena peretasan.
Penyusup tersebut membobol dompet Ethereum dan Binance dengan membanjirnya transfer mulai sekitar 14:30 ET (02:30 WIB) pada 4 Desember, yang diikuti oleh eksodus token dua jam kemudian yang mencakup Shiba dan USDC.
Pendiri BitMart, Sheldon Xia, mengatakan hanya "prosentase kecil" dari aset BitMart yang berisiko. Meski begitu, perusahaan telah membekukan penarikan "sampai pemberitahuan lebih lanjut" dan sedang meninjau keamanan.
Tidak jelas siapa yang bertanggung jawab, tetapi pelakunya mungkin seorang yang sangat ahli. Dana yang dicuri telah dikirim ke layanan pencampuran Ethereum yang dapat membuat sulit untuk melacak dana tersebut.
BACA JUGA:
Pencuri Crypto tidak selalu lihai. Penyerang Poly Network, misalnya, menawarkan untuk "menyerah" dan akhirnya mengembalikan semua jarahan mereka. Mereka mengklaim bahwa mereka berkontribusi pada keamanan Poly, tetapi itu mungkin juga merupakan upaya untuk menghindari dampak setelah peneliti memperoleh data yang berpotensi mengidentifikasi si pelaku.
Meskipun ini bukan pencurian digital terbesar, karena Poly pernah dibobol sebesar 610 juta dolar AS (Rp8,8 triliun), namun Coindesk mencatat ini adalah salah satu peretasan pertukaran terpusat yang lebih besar hingga saat ini.
Mereka juga menggarisbawahi masalah yang berkembang dari pencurian mata uang kripto karena teknologi ini membuatnya terlalu gampang untuk mencuri dalam jumlah besar dengan sedikit dampak.