JAKARTA – Aksi pencurian kripto lewat peretasan (hacking) kian marak dalam beberapa tahun terakhir. Para hacker tida tanggung-tanggung dalam mencuri aset kripto. Sejumlah perusahaan di industri cryptocurrency baik itu pertukaran kripto (CEX) maupun platform keuangan terdesentralisasi (DeFi) turut jadi korban hacker.
Tercatat ratusan juta dolar berhasil dicuri oleh para peretas. Salah satu kelompok hacker yang berhasil mencuri aset kripto adalah Lazarus Group. Kelompok tersebut diduga dikendalikan oleh pemerintah Korea Utara. Berikut ini daftar pencurian mata uang kripto terbesar dalam sejarah:
1. Ronin Network (Axie Infinity) Rp9,2 Triliun
Ronin Network merupakan jaringan kripto berbasis game play-to-earn Axie Infinity. Pada akhir tahun 2021 hingga awal 2022, gim Axie Infinity sudah booming karena para pemain mampu menghasilkan kekayaan hanya dengan bermain game ini.
Pada 29 Maret 2022, Ronin Network harus kehilangan 173.600 Ethereum (saat itu bernilai sekitar 595 juta dolar AS) dan uang sejumlah 25,5 juta dolar AS. Total Ronin harus kehilangan 620 juta dolar AS atau setara Rp9,2 triliun. Pelaku pencurian diduga dilakukan oleh kelompok hacker terkenal asal Korut, yakni Lazarus Group.
2. Poly Network Rp9 Triliun
Aksi peretasan terjadi pada Agustus 2021. Seorang peretas berhasil membobol sistem keamanan Poly Network. Dia kemudian menggondol aset kripto senilai lebih dari 600 juta dolar AS. Sebagian lagi dalam bentuk stablecoin Tether sejumlah 33 juta USDT. Uniknya, kasus pencurian ini berakhir dengan damai. Pihak Poly Network memohon kepada peretas yang mengaku sebagai “Mr. White Hat” untuk mengembalikan dana yang dicuri.
Mr. White Hat sepakat mengembalikan dana platform Poly Network, namun hanya sebagian saja. Pihak Poly Network kemudian meminta dana sisanya. Peretas memberikan dana sisa namun tidak bisa diakses oleh Poly Network. Kemudian terjadi negosiasi, di mana pihak Poly Network menawarkan tebusan sebesar 500.000 dolar AS jika Mr. White Hat memberi akses.
Tidak lama kemudian, Poly Network mengungkapkan sudah mendapat akses dari White Hat. Karena kejadian tersebut, Poly Network meminta White Hat untuk bekerja di perusahaannya. Hacker tersebut setuju.
3. Coincheck Rp7,5 Triliun
Pada bulan Januari 2018, peretas mencuri cryptocurrency yang saat itu bernilai sekitar 530 juta dolar AS (Rp7,5 triliun) dari pertukaran Coincheck yang berbasis di Tokyo. Para pencuri menyerang salah satu dompet kripto Coincheck - folder digital yang disimpan secara online - untuk menguras dana, menarik perhatian pada keamanan di bursa.
Peretasan itu menimbulkan pertanyaan di Jepang tentang regulasi pasar aset digital. Badan intelijen Korea Selatan mengatakan pada saat itu bahwa kelompok peretas Korea Utara mungkin berada di balik pencurian itu.
4. Mt Gox Rp7,1 Triliun
Dalam salah satu peretasan crypto paling awal dan paling terkenal, sekitar 200.000-an Bitcoin senilai hampir 500 juta dolar (Rp7,1 triliun) telah dicuri dan raib dari bursa Mt.Gox di Tokyo. Padahal saat itu Mt. Gox, adalah bursa kripto terbesar di dunia, antara tahun 2011 dan 2014.
Mt.Gox, yang pernah menangani 80% perdagangan bitcoin dunia, mengajukan kebangkrutan pada awal 2014 setelah peretasan tersebut terungkap. Akibat peretasan itu sekitar 24.000 pelanggan kehilangan akses ke dana mereka.
BACA JUGA:
5. Wormhole Rp4,5 Triliun
Situs DeFi Wormhole terkena pencurian 320 juta dolar AS (Rp4,5 triliun) bulan lalu, dengan para peretas mencuri 120.000 Ethereum (ETH).
Cabang crypto dari Jump Trading yang berbasis di Chicago, yang setahun sebelum mengakuisisi pengembang di belakang Wormhole, kemudian mengganti dana tersebut "untuk membuat anggota komunitas tetap utuh dan mendukung Wormhole yang kini terus berkembang."
6. KuCoin Rp4,1 Triliun
Pada September 2020, bursa kripto KuCoin mengonfirmasi bahwa peretas telah berhasil mendapatkan kunci pribadi mereka ke dompet penyimpanan kripto platform perdagangan kripto tersebut. Para hacker kemudian menarik sejumlah besar ethereum (ETH) dan bitcoin (BTC), serta Bitcoin SV (BSV), Litecoin ( LTC), XRP (XRP), Stellar Lumens (XLM), Tron (TRX), dan Tether (USDT) total semuanya bernilai sekitar 281 juat dolar AS yang setara Rp4,1 triliun. Para ahli menuding pelaku pencurian tersebut dilakukan oleh kelompok hacker Lazarus Group.
7. PancakeBunny Rp2,99 Triliun
Pada Mei 2021, platform keuangan terdesentralisasi (DeFi) PancakeBunny telah kehilangan dana 200 juta dolar AS karena dicuri peretas yang memanfaatkan peminjaman kripto. Dalam melakukan serangannya, hacker meminjam sejumlah besar koin BNB di platform DeFi lain. Kemudian dia menukarnya untuk mendapatkan token BUNNY dalam jumlah besar. Tidak lama kemudian menjual seluruh kepemilikan BUNNY dan membuat harga token PancakeBunny anjlok. Peretas kemudian melunasi pinjaman BNB-nya di PancakeSwap.
8. BitMart Rp2,8 Triliun
Pada Desember 2021, yang merupakan exchange kripto global kehilangan 196 juta dolar AS (setara Rp2,8 triliun). Pencurian dilakukan dalam dua tahap, pertama senilai 100 juta dolar AS dicuri lewat jaringan Ethereum. Kemudian pencurian kedua dilakukan di jaringan Binance Smart Chain (BSC) senilai 96 juta dolar AS. Peretas dilaporkan berhasil menggondol sekitar 20-an token kripto termasuk USD, BNB, BPAY, SAFEMOON, MOONSHOT, FLOKI, BABYDOGE, dan lebih banyak lagi.
Demikian daftar pencurian kripto terbesar sepanjang sejarah. Meski begitu banyak aksi peretasan lain yang belum tercatat dalam artikel ini.