Bagikan:

JAKARTA – Kelompok penjahat dunia maya, Lazarus Group yang terkenal sebagai grup hacker yang disponsori oleh Korea Utara dikabarkan berhasil melakukan pencucian uang senilai 5,4 juta dolar AS (sekitar Rp78 miliar) di bursa kripto ternama, Binance.

Berdasarkan penelusuran Reuters, pencucian uang tersebut dilakukan di bursa kripto terbesar dunia, Binance, pada tahun 2020 lalu. Kelompok hacker Lazarus mencuri dana haram dari salah satu platform perdagangan kripto yang berbasis di Slovakia, Eterbase.

Dalam proses pencucian uang, para peretas membuka banyak akun anonim untuk mengelabui exchanger kripto terbesar di dunia. Kemudian kelompok tersebut mengirim kripto curiannya ke berbagai akun yang sudah dibuat di Binance.

Sebagaimana dilansir dari U.Today, selama periode lima tahun dari 2017 hingga 2021, Binance memproses lebih dari 2,35 miliar dolar AS transaksi cryptocurrency yang didapatkan secara kriminal. Pertukaran, bagaimanapun, telah membantah perhitungan tersebut.

Grup Lazarus pertama kali menjadi terkenal pada awal 2010-an setelah meluncurkan kampanye spionase dunia maya terhadap pemerintah Korea Selatan. Itu kemudian menarik liputan media luas setelah membajak studio film Sony Pictures dan membocorkan data rahasianya, termasuk beberapa salinan film yang saat itu belum dirilis.

Grup peretas terkenal juga berada di balik kampanye ransomware WannaCry yang menginfeksi ratusan ribu komputer pada tahun 2014. Setelah kripto menjadi mainstream pada tahun 2017, Grup Lazarus mulai menargetkan pertukaran mata uang kripto seperti Coinlink.

U.Today melaporkan bahwa pihak berwenang AS menemukan kelompok hacker tersebut di balik peretasan Ronin senilai 625 juta dolar AS yang terjadi awal tahun ini. Sebagian dari jumlah tersebut telah dicuci dengan bantuan mixer TornadoCash. Pada akhir April, Binance memulihkan sebagian dana yang terkait dengan pencurian Ronin.

Di sisi lain, Korea Utara dilaporkan menggunakan kripto curian untuk mendanai pengembangan senjata nuklir dan menghindari sanksi internasional.