Bagikan:

JAKARTA - Lebih dari 300 exoplanet berhasil diungkap para ilmuwan NASA dari katalog teleskop yang sudah tidak dapat berfungsi kembali, Kepler Space Telescope.

Kepler Space Telescope merupakan teleskop besutan NASA pertama yang bekerja untuk memburu planet. Ia telah mengamati ratusan ribu bintang dalam pencarian dunia berpotensi layak huni di luar Tata Surya ini.

Meski teleskop itu sudah tidak berfungsi lagi, namun sebuah algoritma kecerdasan buatan baru telah menemukan lebih dari 300 exoplanet yang sebelumnya tidak diketahui dalam data yang dikumpulkan oleh teleskop tersebut. Penelitian ini telah terbit di Astrophysical Journal.

Dalam katalog planet potensial yang telah disusun teleskop Kepler, terus menghasilkan penemuan baru bahkan setelah teleskop itu mati. Ilmuwan menganalisis data untuk tanda-tanda exoplanet. Namun, algoritma baru yang disebut ExoMiner sekarang dapat meniru prosedur itu dan menjelajahi katalog lebih cepat dan efisien.

Mengutip Soace, Senin, 29 November, teleskop, diketahui berhenti bekerja pada November 2018 lalu itu mencari penurunan kecerahan bintang yang mungkin disebabkan oleh planet yang melintas di depan piringan bintang, seperti yang di lihat dari sudut pandang Kepler.

Tetapi tidak semua penurunan kecerahan tersebut disebabkan oleh exoplanet, dan ilmuwan harus mengikuti prosedur yang rumit untuk membedakan sinyal positif palsu dari yang nyata.

ExoMiner adalah apa yang disebut jaringan saraf, sejenis algoritme kecerdasan buatan yang dapat mempelajari dan meningkatkan kemampuannya saat memasukkan data dalam jumlah yang cukup. Dan Kepler menghasilkan banyak data.

Hanya dalam waktu kurang dari 10 tahun layanannya, teleskop bisa menemukan ribuan kandidat planet, hampir 3.000 di antaranya telah dikonfirmasi. Itu adalah sebagian besar dari keseluruhan 4.569 exoplanet yang diketahui saat ini.

Untuk setiap kandidat exoplanet, para ilmuwan yang meneliti data Kepler akan melihat kurva cahaya dan menghitung seberapa besar sebagian dari bintang yang tampaknya ditutupi planet ini.

Mereka juga akan menganalisis berapa lama waktu yang dibutuhkan calon planet untuk melintasi piringan bintang. Dalam beberapa kasus, perubahan kecerahan yang diamati tidak mungkin dijelaskan oleh planet ekstrasurya yang mengorbit.

Algoritma ExoMiner mengikuti proses yang persis sama tetapi lebih efisien, yang memungkinkan para ilmuwan untuk menambahkan 301 exoplanet yang sebelumnya tidak diketahui ke dalam katalog planet Kepler sekaligus.

"Ketika ExoMiner mengatakan sesuatu adalah sebuah planet, Anda dapat yakin itu sebuah planet," tegas Hamed Valizadegan, pemimpin proyek ExoMiner.

"ExoMiner sangat akurat dan dalam beberapa hal lebih dapat diandalkan daripada pengklasifikasi mesin yang ada dan ahli manusia yang dimaksudkan untuk ditiru karena bias yang datang dengan pelabelan manusia," imbuhnya.

Sekarang ExoMiner membuktikan keahliannya, para ilmuwan ingin menggunakannya untuk membantu menyaring data dari misi pencarian planet ekstrasurya yang ada dan yang akan datang, seperti Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) NASA saat ini atau Planetary Transits and Oscillations of Stars dari Badan Antariksa Eropa (PLATO), misi yang akan diluncurkan pada 2026.

Sayangnya, tidak satu pun dari exoplanet yang baru dikonfirmasi kemungkinan bisa menjadi kandidat untuk menjadi rumah suatu kehidupan, karena mereka berada di luar zona layak huni bintang induknya.