Bagikan:

JAKARTA  – Nokia dan YADRO Rusia berencana untuk membentuk usaha patungan untuk membangun stasiun pangkalan telekomunikasi 4G dan 5G di Rusia. Kedua pembuat peralatan komunikasi itu mengatakan pada Rabu, 24 November, sebagai tenggat waktu untuk membangun jaringan hanya dengan menggunakan pendekatan peralatan Rusia.

Rusia mengatakan akan memperpanjang lisensi operator telekomunikasi di luar 2023 untuk jaringan LTE (evolusi jangka panjang) dengan syarat mereka mulai membangun jaringan hanya menggunakan peralatan Rusia, bagian dari dorongan yang lebih luas oleh Moskow untuk mempromosikan teknologi domestik dan layanan TI.

"Kami senang dapat bermitra dengan YADRO, pengembang dan produsen terkemuka Rusia dari server dan sistem penyimpanan berkinerja tinggi untuk mengatasi kerangka peraturan lokalisasi yang baru," kata Nokia yang berbasis di Finlandia kepada Reuters.

Kedua perusahaan menandatangani lembar kerja pada 23 November, kata Nokia, yang menyebutkan niat mereka untuk masuk ke dalam negosiasi itikad baik dengan tujuan menciptakan JV (joint venture) di Rusia.

Kedua perusahaan tidak mengungkapkan persyaratan atau investasi yang direncanakan. Harian Kommersant sebelumnya melaporkan, yang mengutip sebuah sumber, bahwa YADRO akan memegang 51% saham di JV, dengan Nokia mengambil 49% sisanya.

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia, Denis Manturov, mengatakan kesepakatan antara perusahaan itu akan membuat pengembangan peralatan telekomunikasi di Rusia, dengan konstruksi dijadwalkan akan dimulai pada bulan Desember.

Pabrikan Rusia saat ini menyumbang 21% dari 168 miliar rubel (Rp32 triliun) kontrak pengadaan peralatan telekomunikasi negara, kata Manturov.

"Seluruh pasar diperkirakan lebih dari 400 miliar rubel (Rp76 triliun), jadi kami melihat potensi yang cukup serius untuk pengembangan proyek bersama Rusia dan lokal," tambahnya.

Menurut Kommersant, vendor asing lainnya, termasuk Huawei, Ericsson dan ZTE juga menunjukkan minat untuk melokalisasi peralatan.