Nokia Ikuti Sanksi Barat, Tarik Bisnis dari Rusia
Nokia memilih mundur dari Rusia. (foto: dok. pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Pembuat peralatan telekomunikasi, Nokia, akhirnya  menarik diri dari pasar Rusia. Hal ini diungkapkan oleh perusahaan asal Finlandia itu  kepada Reuters. Mereka  melangkah lebih jauh dari saingannya Ericsson, dengan mengatakan pada Senin, 11 April  bahwa pihaknya menangguhkan bisnisnya di negara itu tanpa batas waktu.

Ratusan perusahaan asing telah memutuskan hubungan dengan Rusia setelah invasi 24 Februari ke Ukraina dan setelah munculnya sanksi Barat terhadap Moskow.

Sementara beberapa sektor, termasuk telekomunikasi, telah dibebaskan dari beberapa sanksi atas dasar kemanusiaan atau hal terkait lainnya. Nokia mengatakan telah memutuskan bahwa keluar dari Rusia adalah satu-satunya pilihan.

"Kami tidak melihat kemungkinan untuk melanjutkan bisnis di negara ini dalam situasi saat ini," kata CEO Nokia, Pekka Lundmark dalam sebuah wawancara.

Dia menambahkan Nokia akan terus mendukung pelanggan selama keluar dari Rusia, dan belum mengatakan pada tahap ini, berapa lama penarikan akan dilakukan.

“Nokia sedang mengajukan lisensi yang relevan untuk mendukung pelanggan sesuai dengan sanksi saat ini,” kata Lundmark, dalam sebuah pernyataan.

Baik Nokia maupun Ericsson telah menghasilkan persentase penjualan satu digit yang rendah di Rusia, di mana perusahaan China seperti Huawei  dan ZTE justru memiliki pangsa yang lebih besar di negara itu.

Nokia tidak mengharapkan keputusan ini berdampak pada prospek 2022 tetapi mengatakan bahwa hal itu akan mengarah pada provisi pada kuartal pertama sekitar 100 juta euro (Rp1,5 triliun).

Rusia juga berselisih dengan Finlandia dan Swedia, negara asal Nokia dan Ericsson, terkait minat mereka untuk bergabung dengan aliansi militer NATO.

Rusia juga telah mendorong perusahaan untuk mulai membangun jaringan hanya dengan menggunakan peralatan Rusia. Mereka berusaha membujuk Nokia dan Ericsson untuk mendirikan pabrik di negara tersebut.

Lundmark mengatakan Nokia tidak akan mengimplementasikan rencana yang diumumkan pada November lalu untuk mendirikan usaha patungan dengan YADRO dari Rusia untuk membangun stasiun pangkalan telekomunikasi 4G dan 5G.

Menurut Lundmark, keputusan Nokia untuk meninggalkan Rusia akan mempengaruhi sekitar 2.000 pekerja, dan beberapa dari mereka mungkin ditawari pekerjaan di bagian lain dunia. Nokia saat ini memiliki sekitar 90.000 karyawan di seluruh dunia.

"Banyak yang harus diubah sebelum memungkinkan untuk mempertimbangkan kembali melakukan bisnis di negara ini," kata Lundmark.