JAKARTA - Neptunus tiba-tiba saja mengejutkan para astronom dengan perubahan suhunya yang belum pernah terjadi sebelumnya. Planet itu dikenal dengan julukan raksasa es.
Sebuah tim astronom internasional telah menggunakan teleskop berbasis darat, termasuk Very Large Telescope milik European Southern Observatory (VLT ESO), untuk melacak suhu atmosfer Neptunus selama periode 17 tahun.
Mereka menemukan penurunan mengejutkan dalam suhu global Neptunus diikuti oleh pemanasan dramatis di kutub selatannya. Planet terluar Tata Surya selain Pluto ini berjarak lebih dari 30 kali lipat dari Matahari dari Bumi.
“Perubahan ini tidak terduga. Karena kami telah mengamati Neptunus selama awal musim panas selatan, kami memperkirakan suhu perlahan-lahan menjadi lebih hangat, bukan lebih dingin," ungkap penulis utama Dr. Michael Roman dari University of Leicester dalam keterangan resmi untuk media, Selasa, 12 April.
Seperti Bumi, Neptunus mengalami musim saat mengorbit Matahari. Namun, musim Neptunus berlangsung sekitar 40 tahun, dengan satu tahun Neptunus berlangsung 165 tahun Bumi.
Para astronom sangat ingin melihat bagaimana suhu berubah setelah titik balik matahari musim panas selatan. Mereka melihat hampir 100 gambar termal-inframerah Neptunus, yang diambil selama periode 17 tahun, untuk mengumpulkan tren keseluruhan suhu planet secara lebih rinci daripada sebelumnya.
Data ini menunjukkan, meskipun awal musim panas selatan, sebagian besar planet secara bertahap mendingin selama dua dekade terakhir. Suhu rata-rata global Neptunus turun 8 °C antara 2003 dan 2018.
BACA JUGA:
Seketika para astronom terkejut menemukan pemanasan dramatis kutub selatan Neptunus selama dua tahun terakhir pengamatan mereka, ketika suhu naik dengan cepat 11 °C antara 2018 dan 2020.
Pusaran kutub hangat Neptunus telah dikenal selama bertahun-tahun, pusaran kutub yang begitu cepat pemanasan belum pernah diamati sebelumnya di planet ini.
“Data kami mencakup kurang dari setengah musim Neptunus, jadi tidak ada yang mengharapkan untuk melihat perubahan besar dan cepat,” kata rekan penulis Glenn Orton, ilmuwan peneliti senior di Jet Propulsion Laboratory (JPL) Caltech di AS.
Karena variasi suhu Neptunus sangat tidak terduga, para astronom belum tahu penyebabnya. Mereka menduga, ini terjadi karena perubahan kimia stratosfer Neptunus, atau pola cuaca acak, bahkan bisa saja karena siklus matahari.
Pengamatan lebih lanjut akan dilakukan selama tahun-tahun mendatang untuk mengeksplorasi alasan fluktuasi ini.
Teleskop berbasis darat di masa depan seperti Extremely Large Telescope (ELT) ESO bisa digunakan untuk mengamati perubahan suhu seperti ini secara lebih rinci, sedangkan Teleskop Luar Angkasa James Webb milik NASA, ESA dan CSA akan menyediakan peta kimia dan suhu baru yang belum pernah ada sebelumnya di atmosfer Neptunus.