Khawatir Inflasi, Banyak Investor Beralih ke Kripto
Para investor beralih ke kripto akibat khawatir pada inflasi (Financial Express)

Bagikan:

JAKARTA – Tekanan inflasi kian kencang, hal tersebut sudah dirasakan konsumen Amerika Serikat dan penduduk dunia. Data teranyar membuktikan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan 6,2 persen pada Oktober lalu sebagai perbandingan di periode yang sama di tahun lalu.

Melansir Cointelegraph, akibat pencetakan uang kertas yang semakin tinggi, pasar keuangan tradisional anjlok pada 10 November kemarin akibat kekhawatiran tekanan inflasi yang tidak terkendali dan hilangnya daya beli konsumen yang membebani investor. Indeks utama juga merosot dari rekor tertinggi baru yang sudah ditetapkan sebelumnya pada Minggu kemarin.

Kondisi ini sangat kontras dengan pergerakan harga di market kripto di mana momentum bullish telah memicu reli 4,7 persen harga Bitcoin (BTC) berbarengan dengan pengumuman data di atas.

Tingginya kenaikan inflasi selama tahun 2021 ini telah memicu banyak seruan kepada The Fed supaya mengakhiri kebijakan easy-money dan menaikkan suku bunga. Banyak yang mengklaim bahwa bank sentral telah terpojok dan tidak punya pilihan yang mudah untuk bergerak maju karena kenaikan suku bunga dapat membuat pembayaran utang nasional AS menjadi lebih menantang.

Mantan Meneteri Keuangan AS, Larry Summers menilai kondisi saat ini bakal melemahkan kemampuan bank sentral dalam memandu perekonomian negara.

“Pasar keuangan global tampaknya mengantisipasi pertumbuhan yang lambat dan suku bunga riil yang rendah untuk beberapa tahun ke depan, yang akan melemahkan kemampuan bank sentral untuk memandu ekonomi,” kata Summers.

Dengan kontrol suku bunga menjadi alat utama yang dimiliki The Fed untuk memberikan pengaruh di pasar, tampaknya hanya ada sedikit hal lain selain terus mencetak uang yang dapat dilakukan bank sentral dalam menanggapi tantangan yang sedang berlangsung.

Meski begitu, para pemilik mata uang kripto dinilai mendapat keuntungan dan perlindungan dari inflasi. Pasalnya harga Bitcoin dan altcoin bisa menjadi pelindung nilai terhadap penurunan nilai mata uang.

Menurut data dari Bitcoin Stimulus, orang Amerika yang memasukkan cek stimulus 1.200 dolar AS mereka sejak April 2020 ke BTC, kini kepemilikan Bitcoin mereka meroket 914 persen. Uang yang mereka investasikan ke BTC kini bernilai 12.172 dolar AS.

Saat penulisan, Bitcoin diperdagangkan di harga Rp931.930.934 per koinnya. Harga  BTC tembus ATH barunya pada 10 November kemarin. Dalam 24 jam terakhir harga BTC mengalami penurunan sebesar 1,9 persen.